Perubahan iklim yang terjadi saat ini mendorong pembuatan varietas padi baru yang memiliki daya tahan lebih baik. Demikian terungkap pada saat sesi keempat 2011 Indonesian-American Kavli Frontiers of Science Symposium tentang gen padi.
Masalah utama saat ini, diutarakan oleh tiga pembicara yang berbeda, adalah perubahan iklim dan pertambahan penduduk. Perubahan iklim membuat padi harus tahan terhadap panas, banjir, bahkan garam. "Banyak sawah yang dibuat di daerah dekat pantai. Kalau ada waktu, lihatlah betapa banyak sawah di dekat pantai di daerah utara Jawa," kata Satya Nugroho, salah satu pembicara dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI.
Sementara itu, pertambahan jumlah penduduk menyebabkan jumlah lahan untuk persawahan berkurang dan berubah menjadi permukiman. "Untuk itu, kita butuh padi yang lebih produktif," kata Michael D. Purugganan, peneliti dari Center for Genomics and Systems Biology, New York University.
Menurut Satya, saat ini varietas padi yang lebih kuat sudah dikembangkan, tetapi kebanyakan varietas yang dikembangkan lebih banyak tahan penyakit. "Belum bertoleransi terhadap masalah lain non-biotik, seperti banjir," kata Satya.
Saat ini LIPI sedang mengembangkan padi tahan banjir dan padi tahan garam dengan melakukan mutasi genetika pada beberapa varietas padi. "Penelitian tidak mudah dan tidak murah. Bayangkan, kita harus tes di banyak lokasi, di 10 area, dan dalam dua musim yang berbeda," jelasnya. Ia juga menjelaskan bahwa penelitian harus tetap mengikuti Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005 Tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. "Harus aman bagi lingkungan dan aman dikonsumsi," tegasnya.
KOMENTAR