Kurang lebih 10 lokasi di wilayah selatan Merapi telah disiapkan menjadi blok percontohan pertanaman ekosistem gunung. Penanaman ini dimaksudkan untuk mengembalikan ekosistem Merapi pascaerupsi.
"Restorasi perlu segera dilakukan agar flora dan fauna asli Merapi tidak hilang dengan sendirinya," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi Kusproyadi Silistyo. Sekitar 3.000 hektare kawasan Merapi dari luas total 6.410 hektare tertutup abu setelah erupsi. Kawasan itu akan dijadikan hutan alam yang bersifat heterogen.
Percontohan pertanaman ini dilakukan Taman Nasional Gunung Merapi bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan UGM. Tim akan mengidentifikasi kebutuhan satwa liar, tata air, aspek wisata, serta kepentingan sosial masyarakat. “Blok pertanaman di setiap lokasi akan disesuaikan dengan jenis tanahnya. Kami menargetkan pertumbuhan kembali sudah terjadi di Merapi pada 2014,” papar Kusproyadi.
Setiap blok akan memiliki luas dua hektare. Jenis tanamannya disesuaikan dengan tujuan bloknya. Misalnya, untuk kebutuhan satwa liar, blok akan ditanami jenis jambu, sedangkan untuk penahan air, blok ditanami tanaman jenis munggur dan karet-karetan. Tanaman asli Merapi yang siap ditanam, di antaranya pohon rasamala, dadap, serta waru.
Sementara itu, berkaitan dengan fauna, Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan tengah dilakukan identifikasi satwa yang tersisa dan mati. Hero Marhaento dari departemen tersebut menjelaskan, "Kami berkonsentrasi pada satwa burung. Saat ini sudah berhasil ditemukan 97 jenis burung dari total keseluruhan 160 jenis. Satwa lain yang selamat ada kijang, monyet, macan kumbang, serta landak." Hero memprediksi pada 2012 nanti mereka akan menginventaris spesies penting seperti lutung , elang, dan rusa.
Hero juga menyatakan bahwa sekitar 1.300 hektare kawasan Merapi yang sempat disebut-sebut akan dijadikan lahan perluasan Taman Nasional Gunung Merapi, ternyata akan dijadikan kawasan hutan lindung yang dikelola Dinas Kehutanan Provinsi DIY.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
KOMENTAR