Seekor elang Filipina (Pithecophaga jefferyi) yang jumlahnya hanya tersisa beberapa ratus ekor saja di seluruh dunia, ditemukan tewas. Elang betina berusia 2 tahun itu ditemukan warga setempat dengan peluru di dalam tubuhnya, di sebuah hutan kawasan selatan pulau Mindanao, Filipina.
Burung pemangsa yang sering disebut dengan "elang pemakan monyet" tersebut merupakan elang raptor berukuran 1 meter dan hanya bisa dijumpai di Filipina. Jumlahnya terus menyusut akibat pemburuan liar dan penebangan hutan yang menjadi tempat tinggalnya.
Warga yang menemukan hewan sang elang segera mengembalikannya ke Dennis Salvador, ketua Philippine Eagle Foundation karena mendapati adanya radio transmitter yang dipasang di tubuh elang itu. “Meski kami sudah berupaya keras, jika ada seseorang yang memegang senjata memutuskan untuk menembaknya, ia dengan mudah memusnahkan segala yang pernah kami kerjakan,” ucap Salvador.
Salvador menyebutkan, elang dari spesies tersebut, yang merupakan elang paling besar dan paling kuat di seluruh dunia, bisa punah dalam 20 tahun ke depan jika tidak ada upaya yang lebih keras untuk melindungi elang dan habitatnya. Elang yang tewas ini sebelumnya pernah ditangkap oleh seorang petani saat sedang berupaya untuk memangsa anjing peliharaannya pada Mei 2010 lalu. Ketika itu, oleh sang petani, elang yang terluka ini kemudian diserahkan ke Eagle Foundation untuk diobati dan kemudian dilepaskan kembali ke alam bebas setelah sehat dan dipasangi pemancar radio untuk dipantau.
Menurut data International Union for the Conservation of Nature, elang ini masuk ke kategori ‘sangat terancam’ dan diperkirakan hanya tersisa 670 ekor saja yang masih hidup, sementara The Philippine Eagle Foundation baru-baru ini melepaskan enam ekor elang, baik yang lahir di penangkaran ataupun mendapatkan pengobatan setelah terluka. Sayang, empat di antaranya kemudian tewas dengan tiga ekor terkena luka tembak.
Pithecophaga jefferyi sendiri merupakan burung lambang negara Filipina. Pemburuan dan penangkapan hewan ini merupakan pelanggaran hukum, namun menurut Salvador, orang-orang masih tetap melakukan penembakan terhadap elang tersebut untuk dimakan ataupun sekadar untuk sport. (Sumber: News 24, SAPA)
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR