Ratusan warga Yogyakarta yang terdiri dari berbagai elemen mengikuti peringatan 63 Serangan Umum 1 Maret 1949 di Plaza Serangan Oemoem, Kamis (1/3). Peristiwa sejarah ini akan diusulkan menjadi hari Pahlawan Nasional bagi masyarakat Indonesia.
Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan, peristiwa serangan umum ini merupakan bagian dari sejarah perebutan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari tangan penjajah. Tak hanya itu, peristiwa tersebut juga menjadi bukti keberadaan dan memperkuat posisi tawar Indonesia dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB. "Peristiwa ini merupakan titik awal kembalinya NKRI yang terjadi di Yogyakarta," kata Haryadi.
Penasehat Acara sekaligus mantan walikota Yogyakarta, Herry Zudianto, mendukung penuh agar peringatan serangan umum 1 Maret dijadikan hari Pahlawan Nasional. "Makna sejarah serangan umum 1 Maret ini tidak hanya milik warga Yogyakarta, tetapi juga Indonesia. Nilai-nilai kepahlawanannya sangat penting untuk pembentukan karakter bangsa saat ini," katanya.
Acara yang diikuti ribuan pelajar, TNI, veteran, dan berbagai elemen masyarakat ini disertai dengan berbagai kegiatan. Di antaranya upacara bendera, tabur bunga di taman makam pahlawan, ziarah ke makan pahlawan, dan mubeng benteng.
Sementara itu, diadakan pula acara yang berbeda dari tahun sebelumnya yakni mengenang perjuangan HB IX lewat kesenian panembrama, pelepasan album "Baladaku Abadi" dengan lagu HB IX karya Bintang Swara Hati.
Ketua Sekretaris Bersama Keistimewaan Yogyakarta, Widihasto Wasana Putra, mengatakan, kegiatan mengenang kembali Sultan HB IX adalah cara untuk menanamkan nilai patriotisme serta nasionalisme di masyarakat.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR