Kemungkinan lainnya, mereka tertular melalui air limbah yang terkontaminasi atau dari paparan spesies lain yang terinfeksi, seperti cerpelai.
Bausch berpendapat bahwa mungkin rusa tidak memiliki SARS-CoV-2. Menurutnya, tes USDA mendeteksi antibodi untuk virus corona lain. Hal itu disebut Bausch sebagai reaktivitas silang.
Akan tetapi, USDA berkata bahwa itu tidak mungkin. Pasalnya, para peneliti menggunakan tes skrinning antibodi SARS-CoV-2 yang tersedia secara komersial dan sangat akurat dengan spesies lain. Mereka juga membantu mengesampingkan kemungkinan reaktivitas silang, dengan menguji subset sampel menggunakan jenis tes antibodi kedua yang lebih spesifik untuk SARS-CoV-2. Hasil tes kedua itu mencerminkan temuan sebelumnya, bahwa tes itu betul-betul mengambil antibodi SARS-CoV-2.
Selain itu, sampel darah pra-pandemi dari rusa juga menopang hasilnya. Tingkat antibodi pada rusa kemungkinan akan serupa dalam sampel yang diambil, baik sebelum maupun setelah pandemi.
Baca Juga: Berjuang Keras untuk Menimbang Risiko Pandemi? Anda Tidak Sendirian
Ketika para peneliti menguji 239 sampel yang dikumpulkan sebelum Januari 2020, termasuk rusa New Jersey, mereka hanya memiliki satu tes positif dari 2019.
Melakukan dua jenis tes memberi kepercayaan pada hasilnya. Namun, selalu ada kemungkinan bahwa reaktivitas silang menjadi masalah menurut Bausch.
Paparan virus terhadap rusa sangat bervariasi berdasarkan lokasinya. Dari empat negara bagian, Michigan memiliki presentase rusa terbesar dengan antibodi SARS-Cov-2, yakni 67 persen. Diikuti Pennsylvania 44 persen, New York 31 persen, dan Illinois 7 persen.
Sementara itu, rusa dengan antibodi virus corona juga ada di wilayah tertentu. Dengan hampir setengah dari 32 wilayah sampel tidak menunjukkan bukti paparan virus corona,
Hasil ini menekankan perlunya pengawasan satwa liar yang berkelanjutan dan diperluas untuk menentukan signifikansi SARS-CoV-2 pada rusa yang berkeliaran bebas. Mencari virus pada predator yang memakan rusa juga penting untuk dilakukan saat ini, tulis para peneliti.
Baca Juga: Penyakit Zombie Menyerang Rusa di AS, Dapatkah Menular ke Manusia?
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR