Pemerintah Selandia Baru mengumumkan turunnya jumlah populasi lumba-lumba terkecil di dunia, lumba-lumba Maui (Cephalorhynchus hectori maui). Spesies ini hanya berjumlah 55 individu dewasa, turun drastis dibanding tahun 2005 yang mencapai 111 individu.
Penyebab utama penurunan jumlah lumba-lumba yang hanya memiliki panjang 1,7 meter ini diperkirakan karena terjerat jaring pukat. Di mana jumlah kematian terbesar karena jaring tersebut terjadi di Januari 2012. "Angka terakhir dari populasi ini menunjukkan jika kita harus bertindak sekarang, tak ada pilihan lain," ujar pegiat lingkungan, Katrina Subedar dari LSM Selandia Baru, Forest and Bird, dikutip dari Mongabay.
"Penundaan dalam jenis apa pun bisa berujung pada kematian lebih banyak lumba-lumba di jaring ikan hingga mencapai titik yang tak bisa ditolong lagi."
Dari 55 individu lumba-lumba ini, diperkirakan hanya ada 20 betina. Namun, diragukan mereka bisa menambah individu baru dalam waktu dekat. Pasalnya, spesies ini butuh tujuh tahun untuk bisa berkembang biak dan hanya memproduksi satu individu dalam kurun beberapa tahun.
Menurut grup konservasi Selandia Baru, penyelamatan lumba-lumba Maui bisa terjadi jika ada tindak nyata berjangka panjang dari Pemerintah. Terutama dari Menteri Perindustrian yang melarang penggunaan jaring pukat di habitat lumba-lumba Maui. "Kita tahu ada solusi yang bisa menyelamatkan (lumba-lumba) Maui. Sudah saatnya pemerintah bertindak atas nama warga Selandia Baru untuk melindungi harta nasional ini," kata Manajer Program Kelautan WWF-Selandia Baru Rebecca Bird.
Lumba-lumba Maui merupakan sub-spesies dari lumba-lumba Hector (Cephalorhynchus hectori) dan biasa ditemukan di perairan Selandia Baru. Dalam daftar yang dirilis International Union for Conservation of Nature (IUCN), mereka masuk dalam spesies terancam punah. Nasib kedua spesies ini pun sama, terancam jaring pukat dan aktivitas memancing dari manusia.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR