Ini dikatakan langsung oleh Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Sam Herodian, di Bogor pada Sabtu (31/3) lalu. "Kami sudah menciptakan pangan semacam beras yang bukan dari padi, melainkan terbuat dari bahan-bahan sumber karbohidrat campuran seperti jagung, sorgum, dan umbi-umbian," terangnya. Selain itu, Fakultas Teknologi Pertanian IPB berhasil pula membentuknya seperti beras biasa yang bisa ditanak.
Pengembangan pangan macam ini dianggap lebih mudah diterima oleh masyarakat Indonesia yang sudah lama menjadikan beras sebagai pangan utama.
Tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia sangat tinggi. Data Kementerian Perdagangan mencatat konsumsi beras Indonesia hingga 140 kg per orang/tahun. Angka itu jauh di atas, kalau dibandingkan dengan penduduk Asia di negara-negara lainnya seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia yang hanya berkisar sebanyak 65-70 kg beras per orang/tahun.
Maka diharapkan beras non-padi bisa turut mendukung ketahanan pangan lewat diversifikasi. Ketahanan pangan dalam pengertian pemenuhan kebutuhan pangan yang tidak hanya jumlah, tetapi juga kualitasnya.
Menurut Sam lagi, mereka akan mempersiapkan teknologi pertanian ini untuk menjadi bisnis yang dapat berkembang bagi masyarakat luas. Ia mencontohkan, Thailand pun bisa mengembangkan mie instan yang sebagian besar bahannya bukan dari terigu.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR