Gelombang dingin pada Juli 920 membuat temperatur di Baghdad turun drastis hingga kurang lebih sembilan derajat Celsius. Hal ini dinyatakan dalam hasil studi terbaru dari peneliti Spanyol. Catatan Arab yang berisi tentang kehidupan di Baghdad dan perubahan iklim mengungkapkan adanya cuaca ekstrem yang terjadi pada tahun 902 hingga 944.
Para peneliti yang dipimpin oleh Fernando Dominguez-Castro dari University of Extremadura percaya bahwa letusan gunung berapi di Amerika Tengah menjadi penyebabnya. Gunung Pichincha di Ekuador yang meletus pada tahun 910 dan Gunung Ceboruco di Meksiko pada 930 diperkirakan mempengaruhi suhu global. Akan tetapi, menurut Fernando, masih dibutuhkan bukti lebih lanjut terhadap hipotesis ini.
Hal ini sangatlah menarik karena informasi yang tidak banyak pada masa itu. Selain informasi tentang sejarah, catatan ini dapat membantu para peneliti meramalkan iklim di masa depan. Menurut peneliti, catatan sejarah tentang kondisi Timur Tengah sebelum terjadinya Perang Salib ini akan bisa mempengaruhi kehidupan modern manusia.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Lampung, Eni Muslihah |
KOMENTAR