Nationalgeographic.co.id—Sebuah batu yang berbentuk unik ditemukan oleh Curiosity, robot penjelajah milik NASA di planet Mars. Batu itu berbentuk mirip kadal atau kucing atau hewan semacamnya.
Curiosity melihat sekilas fitur batu kecil yang lucu itu di Kawah Gale baru-baru ini. Kawah Gale adalam wilayah di Mars yang telah dijelajahi Curiosity sejak 2012.
"Kadal" batu yang ditemukan Curiosity di Planet Merah itu memiliki ukuran yang kecil. Lengkungan bertekstur kecil ini hanya memiliki tinggi sekitar 6,5 inci atau 16,5 sentimeter, tetapi bentuknya yang istimewa membuat para ilmuwan yang terlibat dalam misi tersebut jadi bersemangat.
"Saya terus terpesona oleh tekstur yang kami lihat, terutama prevalensi benjolan berukuran sekian sentimeter dan gumpalan yang menyembul dari batuan dasar," tulis Abigail Fraeman dari, ahli geologi planet dari Jet Propulsion Laboratory NASA, dalam sebuah postingan tentang fitur tersebut di blog NASA pada 28 Juli 2021.
Lengkungan bertekstur itu berada di dasar Gunung Sharp, fitur geologi yang menanjak yang naik hingga setinggi 3,4 mil atau 5,5 kilometer dari lantai Kawah Gale. Menurut Fraeman, sebagaimana dilansir Live Science, Curiosity sedang mengeksplorasi beberapa fitur geologi yang menarik pada transisi antara lapisan tanah liat-berat dan lapisan sulfat-sarat dalam bebatuan gunung tersebut.
Sulfat adalah ion yang dapat tertinggal oleh air yang mengalir. Jadi, menjelajahi lapisan yang mengandung sulfat ini dapat membantu mengungkap lebih banyak tentang masa lalu Mars yang basah.
Curiosity awalnya dirancang untuk misi dua tahun di Mars, tetapi robot seukuran mobil SUV itu telah berkeliaran di sekitar Kawah Gale di Planet Merah itu selama sembilan tahun. Ia telah mengambil banyak foto selfie dan membuat penemuan ilmiah.
Baca Juga: Pertama Kalinya, Para Ilmuwan Memetakan Interior Planet Selain Bumi
Baru-baru ini, para ilmuwan yang menganalisis data yang dikirim kembali oleh Curiosity. Mereka jadi mengetahui bahwa tanah liat yang melapisi Kawah Gale kurang stabil daripada yang diyakini sebelumnya. Hal ini berarti bahwa bukti kehidupan mikroba masa lalu di daerah tersebut bisa saja telah musnah.
Namun begitu, air asin yang ditemukan di Mars mungkin saja mendukung kehidupan baru di bawah permukaan Planet Merah itu. Jadi, hingga kini para ilmuwan masih antusias tentang kemungkinan menemukan fosil penduduk atau penghuni Mars, jika memang ada.
Dalam penelian sebelumnya, para ahli melaporkan bahwa air asin yang berada di bawah permukaan Mars dapat menampung oksigen yang cukup untuk mendukung jenis kehidupan mikroba miliaran tahun lalu.
Baca Juga: Robot Penjelajah NASA Mengunjungi Panorama Baru nan Indah di Mars
Gagasan tersebut semakin diperkuat dengan temuan yang dipublikasikan di jurnal Nature Geosciences pada 22 Oktober 2018. Dalam laporan studi tersebut, para ahli menyebutkan bahwa jumlah oksigen yang tersedia hanya cukup untuk mikroba atau hewan sederhana seperti spons laut.
"Kami menemukan bahwa air asin dengan konsentrasi garam tinggi (di Mars) dapat mengandung oksigen yang cukup untuk membuat mikroba hidup," ucap Vlada Stamenkovi, penulis utama penelitian tersebut dan fisikawan teoritis di Jet Propulsion Laboratory, California, Amerika Serikat.
"Hal ini sepenuhnya mengubah pemahaman kita tentang potensi kehidupan di Mars, hari ini dan masa lalu," tambahnya.
Saat ini Curiosity sedang bergerak lebih jauh ke atas Gunung Sharp, berhenti di sepanjang jalan untuk mengambil gambar dan menganalisis komposisi batuan dengan ChemCam. Alat ini merupakan instrumen yang bekerja menggunakan laser untuk menguapkan potongan-potongan kecil batu dan kemudian mengukur bahan kimia dan mineral dalam sampel tersebut.
Source | : | NASA,Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR