Pihak berwenang pemerintah China telah menambahkan 50 ribu ekor ikan air tawar ke perairan danau Poyang pada pekan lalu. Tujuannya adalah agar lumba-lumba tak bersirip Yangtze (Neophocaena phocaenoides asiaeorientalis) yang tinggal di sana punya sesuatu untuk dimakan.
Dilansir oleh kantor berita Xinhua, sekitar 300 sampai 500 ekor lumba-lumba tak bersirip tinggal di danau Poyang, di kawasan utara provinsi Jiangxi, China. Jumlah tersebut merupakan sepertiga sampai setengah jumlah spesies lumba-lumba tersebut yang masih tersisa di dunia.
Lumba-lumba itu mengalami penurunan drastis atas jumlah populasi mereka, khususnya dalam beberapa tahun terakhir. Secara total, dari perkiraan sekitar 2.700 ekor yang tersisa pada tahun 1991 di seluruh dunia, di tahun 2011 lalu jumlah spesies tersebut hanya tersisa 1.000 ekor saja.
Tahun ini, kondisinya tidak membaik. Sebanyak enam ekor lumba-lumba ditemukan tewas di danau Poyang. Selain itu, ditemukan pula 12 ekor Neophocaena phocaenoides asiaeorientalis (salah satunya betina yang tengah hamil) yang mati di danau Dongting, di kawasan provinsi Hunan. Ironisnya, dari survei yang digelar awal tahun ini, hanya ada 65 ekor lumba-lumba saja di Dongting. Artinya, kematian 12 ekor lumba-lumba di antaranya tentu sangat mengantam populasi spesies, yang sudah sangat kecil itu.
Menurut laporan yang sama, setidaknya masih ada lima ekor lumba-lumba lagi yang mati dan terdampar di sungai Yangtze, sungai yang menghubungkan kedua danau. Secara total, kematian hewan itu mencapai 20 ekor. Meski demikian, World Wide Fund for Nature menyatakan, jumlah kematian lumba-lumba di kawasan tersebut lebih tinggi lagi. Mencapai 32 ekor.
Menurut pakar, kematian lumba-lumba di tempat-tempat yang terpisah tersebut merupakan akibat polusi dan juga permukaan air yang sangat rendah akibat musim kering serta perubahan iklim. Sebagian pakar lain berteori tentang adanya penyakit dan akibat dari digunakannya jaring ikan yang dialiri listrik.
Meski ada lumba-lumba yang tewas akibat baling-baling kapal milik nelayan, banyak di antara lumba-lumba yang tewas itu menunjukkan tanda-tanda kelaparan. Faktor inilah yang mendorong pihak berwajib untuk memasok ikan ke danau Poyang.
Lumba-lumba tak bersirip, dinamai demikian karena mereka hanya memiliki bubungan kecil, bukan sirip vertikal di punggungnya. Selain di China, spesies ikan ini juga bisa dijumpau di perairan lepas pantai Jepang, Korea, dan Indonesia. Tetapi, hanya spesies yang tinggal di Yangtze saja yang mampu hidup di air tawar.
Poyang dulunya merupakan danau air tawar terbesar yang ada di China. Sayang, konstruksi bendungan Three Gorges Dam, serta musim kering yang terus terjadi telah memangkas ukuran luas danau itu sebesar hampir 95 persen dan mengakibatkan rusaknya ekologi di kawasan tersebut.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR