Presiden Amerika Serikat era 1977-1981, Jimmy Carter, untuk pertama kalinya menerapkan teknologi panel surya di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat. Bersama dengan istrinya, Rosalynn, Presiden Carter memanjat ke atap gedung simbol demokrasi AS itu untuk merayakan pemasangan panel surya, 20 Juni 1979.
Penggunaan teknologi ramah lingkungan ini sesuai dengan pendirian Carter yang memang pendukung sumber energi terbarukan. Biaya pemasangan panel surya itu memakan biaya "hanya" US$28.000 (Rp263 juta-an).
Panel surya ini terdiri atas 32 panel photovoltaic yang menyediakan cukup energi untuk mengucurkan air panas ke seluruh bagian di Gedung Putih. Selain itu Carter juga memasang tungku pembakar kayu dengan energi sufisien.
Pemasangan panel surya ini berkaitan dengan krisis energi yang terjadi saat pemerintahan Carter. Krisis di tahun 1979 ini berakar dari Revolusi Iran yang berdampak pada pasokan minyak ke Negeri Paman Sam. Akibatnya, Carter sering menelurkan kebijakan dalam hal penghematan energi. Salah satu kebijakan positifnya adalah pembentukan Departemen Energi dan kebijakan energi nasional.
Namun, panel surya ini tidak bertahan lama karena dicabut oleh Presiden Ronald Reagan di tahun 1986. Panel bersejarah ini kemudian diperintahkan untuk disimpan di fasilitas penyimpanan federal di Virginia. Reagan melakukan ini sebagai perlambang krisis energi tidak akan terjadi di bawah pemerintahannya.
Panel ini sempat diminta oleh LSM lingkungan dan sebuah universitas berbasis konservasi di Maine, Unity College of Maine. Permintaan LSM tersebut ditolak, tapi permohonan Universitas di Maine itu dikabulkan di tahun 1992 dan digunakan untuk menyediakan air panas di ruang makan mahasiswa.
Atas tindakan ini, Carter yang sudah menjadi mantan Presiden, memberi ucapan selamat. Dengan menyatakan dirinya lega akhirnya panel-panel tersebut bisa digunakan untuk tujuan tertentu.
Tapi panel ini akhirnya sudah habis masa kegunannya di tahun 2004. Pihak universitas sengaja menyimpan salah satu dari 32 panel itu demi "kepentingan sejarah." Sisanya panel lainnya disumbangkan ke Smithsonian Institute dan dijual.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR