Pengangkutan lumba-lumba dengan pesawat dinilai sangat kejam. Lumba-lumba diangkut dengan pesawat penumpang dan ditempatkan bersama barang-barang penumpang di bagasi tanpa pengawasan.
Perlakuan kejam pada lumba-lumba ini mendorong Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dan ribuan orang untuk menyuarakan petisi di www.change.org/flyingdolphins. Petisi ini meminta Garuda Indonesia, perusahaan penerbangan terbesar di Indonesia, untuk berhenti mengangkut lumba-lumba.
Petisi ini bermula dari kasus diadakannya sirkus di Bali yang menghadirkan lumba-lumba. Warga menolak acara sirkus tersebut. Setelah diselidiki, lumba-lumba yang akan digunakan dalam sirkus ternyata diangkut lewat udara dengan Garuda Indonesia. Ada 2 lumba-lumba dan 1 anjing laut yang diangkut.
Pramudya Harzani dari JAAN mengungkapkan pengangkutan dengan pesawat sangat menyiksa lumba-lumba. Lumba-lumba diangkut secara kering, hanya beroleskan vaseline. Di ketinggian, lumba-lumba harus berhadapan dengan gravitasi. Selain itu perbedaan tekanan yang bisa merugikan serta kebisingan pesawat yang merusak sistem hewan akustik.
Pramudya mengatakan, pengangkutan satwa lewat pesawat diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) no 7 dan 8 yang terbit tahun 1999. Pengangkutan bisa dilakukan untuk dikirim ke kebun binatang atau untuk tujuan penelitian dengan syarat seperti izin dari Departemen Kehutanan.
"Ada celah dalam peraturan pemerintah. Sekarang ada lima perusahaan yang masih melaksanakan sirkus. Sayangnya mereka kadang diberi status sebagai lembaga konservasi dan melakukan sirkus untuk pendidikan," kata Pramudya saat dihubungi, Selasa (17/7).
Menurut Pramudya, pengangkutan satwa untuk sirkus harus dipertimbangkan dampaknya. Tak hanya itu, sirkus pun seharusnya ditiadakan sebab lebih banyak merugikan bagi satwa liar. Pemeliharaan di air dengan kadar klorin tinggi pada lumba-lumba sirkus mengakibatkan kebutaan.
Terkait petisi untuk menghentikan transportasi satwa lewat udara, VP Corporate Communication Garuda Indonesia, Pujibroto mengatakan, "Garuda memiliki komitmen terhadap perlindungan alam, termasuk melindungi lumba-lumba. Garuda tidak akan lagi mengangkut lumba-lumba dalam waktu ke depan."
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR