Kumbang memang kokoh saat masih hidup, tetapi kumbang secara keseluruhan tidak mudah membatu dan menjadi fosil. Mereka sering berantakan dan hancur ketika mengapung di air, tenggelam, dan mencapai sedimen.
"(Pada fosil ini) polanya dipertahankan dalam kejelasan dan kontras yang tak tertandingi, menjadikannya salah satu fosil kumbang yang paling terawetkan," katanya.
Catatan fosil biasanya hanya menampilkan satu sayap. "Endapan berbutir halus dan beberapa endapan dengan kondisi yang baik memberikan kita fosil yang terawetkan dengan sangat baik. Endapan itu disebut Lager Stetten. Formasi Sungai Hijau Eosen di barat laut Colorado adalah salah satunya," ia menjelaskan.
Baca Juga: Fosil Kumbang dengan Kristal Fotonik Ungkap Evolusi Struktur Warna
Namun, menurutnya sulit untuk mengidentifikasi spesimen fosil kumbang tersebut. Dalam pameran museum, fosil kumbang itu telah ditampilkan sebagai kumbang tanduk panjang.
Akan tetapi, karena fitur pada fosil tersebut tidak cocok dengan kumbang tanduk panjang lainnya, Krell kemudian mencari Francesco Vitali. Ia merupakan Kurator Koleksi Zoologi Invertebrata dari National Museum of Natural History of Luxembourg, dan merupakan pakar kumbang tanduk panjang.
“Saya sangat senang memiliki kesempatan untuk mengerjakan fosil yang luar biasa dan unik,” kata Vitali.
Baca Juga: Peneliti LIPI Temukan Empat Spesies Kumbang Baru di Maluku Utara
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Denver Museum of Nature & Science,Jurnal Papers in Palaeontology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR