Para peneliti gabungan dari sebuah kelompok kemitraan internasional tengah mengembangkan prospek bioteknologi kelautan. Gunanya, untuk menemukan antibiotik baru dari mikroorganisme laut Indonesia.
Kemitraan tersebut melibatkan tiga institusi Indonesia yakni Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Jawa Tengah; Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan (Unhas); dan Lembaga Eijkman. Melibatkan juga pihak asing dari Universitas California Santa Cruz (UCSC), Amerika Serikat.
Dalam seminar "Pendekatan Molekuler untuk Bioteknologi Kelautan," di Lembaga Eijkman, Jakarta, Kamis (26/7), dipaparkan mengenai berbagai potensi bakteri simbion invertebrata laut. Makhluk ini bisa berguna sebagai sumber-sumber alternatif bahan baku antibiotik.
"Invertebrata terumbu karang seperti sponge, soft coral, nudibranch, sudah lama dikenal bermanfaat untuk bahan obat karena mengandung zat aktif," Chelzie Crenna Darusallam, peneliti Lembaga Eijkman menyampaikan.
"Studi kami sesungguhnya didasari oleh tiga pilar: bidang mikro biologi kelautan, kimia kelautan, dan biologi molekular," ungkap Roger Linington, peneliti dari UCSC. Peran peneliti dari bidang biologi molekuler, tambah Roger, mempermudah saat mengidentifikasi berbagai temuan, yang berujung pada proses validasi. Ini merupakan tahapan akhir yang sangat rumit.
Terkait Biokonservasi
Sementara itu, peneliti kelautan Undip Ocky Karna Radjasa menilik bahwa pemanfaatan invertebrata terumbu karang sebagai komponen bioaktif dalam sumber obat sangat penting. Karena terkait perlindungan dan keberlanjutan terumbu karang.
Menurut penjelasan Ocky, kenaikan suhu air laut akibat pemanasan global adalah stimulan terjadinya penyakit karang. Di samping faktor-faktor lain seperti overfishing dan polusi air.
"Kejadian-kejadian akibat dampak perubahan iklim sudah banyak nampak sekarang. Kenaikan suhu laut merupakan salah satu stimulasi terjadinya pemutihan karang (coral bleaching), yang memicu penyakit pada karang," kata Ocky.
Turut hadir dalam acara itu, Celly Catharina, Spesialis Program Kelautan dari USAID Indonesia. USAID turut menginisasi kawasan konservasi perairan Indonesia dalam program Marine Protected Area (MPA).
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR