Satwa endemik Sulawesi, monyet Macaca nigra, terancam punah akibat diburu masyarakat selama bertahun-tahun. Populasi monyet yang dilindungi itu turun drastis dalam 30 tahun terakhir.
Harry Hisler, manajer proyek penyelamatan Macaca nigra, di Manado, Rabu (23/7), menyatakan, perburuan manusia atas satwa langka itu tidak terkendali. "Yaki (monyet) berwarna hitam kelam dan kepala berjambul nyaris tak berekor diburu dan dimakan masyarakat," katanya.
Monyet hitam juga diperdagangkan di sejumlah pasar di Minahasa dan Tomohon. Josh Tasirin, pengajar Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Sam Ratulangi menyatakan, penyebab penurunan populasi adalah perburuan dan berkurangnya lahan hutan di sepanjang Bolaang Mongondow, Minahasa, dan Bitung.
Baca juga: Makaka Pendaulat Takhta
Menurut Tasirin, perburuan monyet hitam leluasa. Nyaris tak ada tindakan hukum untuk pemburu. "Pernah ada kasus perburuan ditangani polisi, tapi pelaku dilepas karana perburuan yaki dianggap biasa," katanya. Menurut Harry, selama 30 tahun, populasi monyet hitam menurun signifikan.
Penelitian di tahun 1980 menunjukkan, masih ada sekitar 300 Macaca nigra per kilometer persegi lahan hutan di Bolaang Mongondow dan Minahasa.
Sembilan tahun kemudian, populasi menjadi 76 ekor. Tahun 1998, populasi tinggal 26 ekor per kilometer persegi. Di hutan lindung Tangkoko, jumlah Macaca nigra terus menyusut. Tahun 2000 tersisa 1.900 dari 3.000 ekor.
National Geographic Indonesia pernah mengangkat kisah Macaca nigra dalam edisi Maret 2012. Diketahui kehidupan monyet endemik ini memiliki hierarki, sama seperti manusia. Begitu juga dengan perebutan kekuasaan, mirip dengan kita.
Sayangnya, kesadaran pelestarian monyet hitam ini terhantam kebiasaan warga setempat yang biasa mengonsumsi mereka. Ini terlihat dari jawaban anak-anak di Pinangunian, di sebelah timur cagar alam Tangkoko. Saat ditanya apa yang akan mereka lakukan saat melihat yaki, jawaban mereka adalah menembak dan memakannya. Permintaan daging yaki makin meningkat menjelang Natal dan Tahun Baru.
Galeri Macaca nigra sang Pendaulat Takhta
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR