Taman Nasional Komodo, Situs Warisan Alam Dunia dan Cagar Biosfer UNESCO, memiliki kekayaan laut berupa 385 jenis karang penyusun terumbu, 1.000 jenis ikan karang, 70 jenis sponge, enam jenis paus, sepuluh jenis lumba-lumba, tiga jenis penyu, dan pari manta. Wilayah ini juga salah satu lokasi penyelaman terbaik di Indonesia dengan lebih dari 100 titik.
Namun, status TN Komodo ini mulai mendatangkan dampak negatif. Pulau yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur itu rusak oleh interaksi manusia yang mengambil sumber dayanya.
Laporan yang disampaikan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) awal Agustus 2012 menyebut, terjadi penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak di area no take zone. Padahal, sesuai namanya, sumber daya di area ini harusnya tidak boleh diambil karena masuk wilayah konservasi.
Masyarakat sekitar TN Komodo memang bergantung dengan sumber daya alamnya. Awalnya mereka melakukan penangkapan ikan menggunakan bagan untuk menangkap ikan-ikan target, seperti cumi-cumi, udang kecil, anak ikan bandeng, dan kumpulan ikan pelagis lainnya.
Tetapi, komunitas yang jumlahnya hanya sekitar 4.000 orang ini mulai mendapat pengaruh dari luar. Keindahan dan keragaman hayati Pulau Komodo pun menarik manusia untuk mengekstrasinya melalui jalan pintas. Di antaranya dengan teknik penangkapan ikan yang merugikan dengan pemakaian dinamit, racun sianida, dan kompresor.
Teknik ini menurunkan kemampuan ekosistem laut dalam memberikan jasa kepada lingkungan sekitarnya. Dari sisi pariwisata, perusakan ini menurunkan nilai keindahan dan menggagalkan program Destination Management Organization (DMO) yang digalangkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Dikatakan Ketua Umum GIPI Didien Junaedy, tengah dilakukan usaha dengan para pejabat terkait untuk mengatasi masalah ini. Terpenting, edukasi untuk warga sekitar agar tidak merusak wilayah tempat tinggalnya sendiri.
Tidak hanya masyarakat setempat, pejalan yang menikmati alam Taman Nasional Komodo juga bisa menjadi pelestari. Dengan menggunakan pengetahuan tidak boleh merusak alam dan keseimbangannya, pejalan sudah melakukan usaha terkecil untuk pelestarian.
National Geographic Indonesia bekerja sama dengan Loreal Men Expert mencoba melestarikan wisata berkelanjutan di Pulau Komodo melalui program "Loreal Men Expert Black Trail." Pulau Komodo merupakan satu dari lima destinasi wisata yang akan dijelajahi pemenang yang dinilai berkomitmen memajukan pariwisata berkelanjutan.
Hari ini, Jumat (10/8) digelar penjurian untuk menentukan lima pejalan yang peduli lingkungan untuk melihat kembali kondisi terakhir Taman Nasional Komodo. "Diharapkan, para peserta setelah mengikuti kegiatan ini dapat menularkan prinsip-prinsip geowisata sekaligus menceritakan kembali pengalaman yang didapatkan selama perjalanan," ujar Editor in Chief National Geographic Indonesia Didi Kasim.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR