Snap mor (berarti menangkap ikan), adalah pesta syukur. Semua warga boleh ikut serta menangkap ikan yang terjebak di perairan dangkal yang telah dipagari dengan jaring, kemudian hasil tangkapan dinikmati bersama-sama.
Tradisi snap mor merupakan bagian dari pesta adat munara, yang dapat dimaknai sebagai kultus pembaruan dalam dinamika kehidupan masyarakat Biak.
Ritual tersebut amat lekat dengan laut. Seperti snap mor yang digelar pada masa laut berada pada siklus surut terendah dan pasang tertinggi. Masa itu berlangsung pada bulan Juli hingga Agustus.
Tradisi snap mor yang tetap terjaga sebenarnya menunjukkan kemampuan asli masyarakat asli Biak yang secara turun-temurun mengenali siklus pasang surut. Mereka mampu membaca kondisi laut dan tanda-tanda alam lain untuk menentukan kapan dan di mana ikan-ikan dapat diperoleh.
Mananwir Yarangga, tokoh adat Biak mengatakan, snap mor bisa pula dibilang wujud ucapan syukur atas berkat, yang dirayakan bersama kerabat dan seluruh komunitas masyarakat di Biak. "Biasanya, mereka yang lanjut usia tidak ikut aktif menangkap ikan. Dulu para pemudalah yang menyisihkan tangkapan untuk dibagikan ke orang-orang tua."
Ini, menurut dirinya, merupakan sebuah ekspresi budaya lokal, yang di dalamnya mengungkap nilai-nilai kebersamaan menjadi satu unsur penting.
"Biak saat ini tengah mengalami empasan dari aneka budaya baru yang mengalir masuk, serta tuntutan persaingan ekonomi dari pendatang," ujar Nico Morin, staf Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor. Ia menambahkan, kekayaan budaya dapat cenderung terkikis oleh hal-hal itu jika tak dilestarikan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR