Petugas jagawana di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) memastikan masih ada badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) yang mendiami kawasan itu. Hal ini terungkap setelah seekor badak tertangkap kamera tersembunyi di kawasan TNGL.
Bukti ini menegaskan jika TNGL menjadi satu-satunya kawasan di dunia sebagai habitat dari harimau, orang utan, gajah, dan badak di satu ekosistem yang sama. Meski demikian, mereka hidup di bawah bayang terancam punah.
Survei yang dilakukan Leuser International Foundation (LIF) menyatakan paling tidak ada tujuh hingga 25 badak Sumatra di TNGL. Hingga Agustus 2012, kamera tersembunyi berhasil menangkap video satu badak jantan dan enam betina.
Jumlah populasi badak ini jauh berkurang dibanding survei di tahun 1985. 27 tahun lalu, populasi badak diperkirakan mencapai 60-70 individu di Leuser.
Kamera tersembunyi bukan hanya menangkap bukti keberadaan badak. Teknologi ini juga membuktikan adanya illegal logging, perburuan, dan pelanggaran batas kawasan konservasi. Kondisi tersebut membuat keberadaan badak dan spesies terancam punah lainnya makin terdesak. Sebab, jika pun badak tidak diburu, mereka bisa terluka akibat jerat yang dipasang manusia.
Diperkirakan hanya tersisa kurang dari 200 individu badak Sumatra yang tersisa di seluruh dunia. Populasinya menyebar di Pulau Sumatra dan Kalimantan.
Untuk mengatasi menurunnya populasi badak, para pakar mengusahakan perkembangbiakkan buatan badak. Usaha ini berhasil dengan lahirnya Andatu, bayi badak jantan hasil perkawinan induk di penangkaran di Taman Nasional Way Kambas, Lampung, pada Juni 2012 lalu.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR