Indonesia yang masuk dalam lingkaran tsunami dan gempa memaksa warganya untuk selalu bersiap menghadapi dampak bencana. Saat tsunami menerjang daratan, lari ke tempat yang lebih tinggi tidak menjamin efektif. Berlindung di dalam lingkungan bertingkat pun belum tentu aman.
Dasar inilah yang memunculkan ide bagi dua orang siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bogor untuk merancang "Pelampung anti tsunami yang dapat disiapkan secara masal dalam waktu kurang dari lima menit."
Andya Ranithanya dan Stella Chandra Kumala, nama kedua siswi itu, merancang pelampung berbentuk kapsul dengan ujung membulat. Dindingnya berisi udara dan memiliki ketebalan seperti jaket penyelamat atau sekoci.
Orang dapat masuk dalam posisi berdiri dan menutupnya dari dalam. Ketika aman dan terapung di laut selalu dalam keadaan terlentang. Sehingga waktu dibuka karena bentuk membulat di ujung dan pangkalnya akan menjadi semacam sekoci.
Dalam keadaan terkemas, pelampung ini hanya sebesar dus mie instan. Dilengkapi tabung oksigen kecil di dalamnya. Begitu dibuka pompa otomatis akan bekerja dan dalam dua menit sudah siap untuk digunakan.
Menurut Stella, ia dan rekan setimnya pernah melakukan penelusuran mengenai alat yang sama. Jepang, sebagai negara yang juga rawan gempa, pernah membuat pelampung seperti ini terbuat dari bahan besi.
"Menurut kami bahan besi terlalu mahal jika digunakan secara massal di Indonesia. Maka itu kami menggunakan bahan pelampung," ujar Stella saat ditemui dalam acara "Presentasi dan Pameran Ilmiah Para Finalis Kompetisi Ilmiah LIPI," di Jakarta, Selasa (25/9).
Penemuan kedua siswi dari Bogor ini masuk dalam 25 finalis kategori National Young Inventor Award (NYIA) 2012, bagian dari Kompetisi Ilmiah LIPI. Kompetisi ini terbagi menjadi empat yaitu Kompetisi Ilmiah Remaja (LKIR), Lomba Karya Ilmiah Guru (LKIG), Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI), dan NYIA. Total, ada 93 karya ilmiah yang dihasilkan dalam kompetisi ini.
Dikatakan Kepala LIPI Lukman Hakim, di negara-negara maju, segala pembinaan dan penelitian bidang iptek dilakukan sedini mungkin melalui institusi penelitian dan pendidikan formal. "Setidaknya sepuluh persen hasil teknologi suatu negara harus berasal dari pribumi," tambah Lukman.
Pemenang kompetisi LKIR nantinya akan disaring lagi untuk dikirim ke Amerika Serikat untuk kompetisi tingkat internasional. Juni 2012 lalu, kaum muda Indonesia berhasil meraih dua emas di International Exhibition for Young Inventors (IEYI) yang berlangsung di Bangkok, Thailand.
Emas pertama disumbang oleh Linus Nara Pradhana, siswa kelas 1 SMP Petra Surabaya dengan Water-coated Helmet. Penemuan Linus ini bahkan mendapatkan penghargaan lain dalam kategori special award.
Satu karya lain yang juga mendapat medali emas adalah Carbofil Application for Carbon-Oxygen Separation in Smoking Room. Buah karya dari Hermawan Maulana dan Zihramna Afdi, siswa kelas 2 SMA Negeri 3 Semarang.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR