Nationalgeographic.co.id – Perkembangan persepakbolaan di Tanah Air tidak dapat dilepaskan dari sosok tokoh pergerakan nasional, Mohammad Husni Thamrin.
Pada 1928, bumiputera asli Betawi yang akrab disapa MH Thamrin ini memperbaiki sebuah lapangan di kawasan Petojo, Jakarta Pusat.
Oleh MH Thamrin, yang adalah anggota Volksraad, yakni Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada masa itu, lapangan tersebut dipoles. Biaya sekitar 2.000 gulden dikeluarkan untuk perbaikan.
Lapangan Petojo kemudian dikenal dengan nama Stadion Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ). Sementara, VIJ sendiri merupakan perkumpulan sepakbola yang didirikan oleh MH Thamrin dan merupakan cikal-bakal Pesatuan Sepakbola Indonesia Jakarta.
Melalui upaya tersebut, MH Thamrin ingin mengangkat martabat bangsa. Olahraga—pada saat itu sepakbola—menjadi “kendaraan” untuk mencapai tujuan tersebut.
Setelah 93 tahun berlalu, semangat tersebut kembali mewujud lewat dibangunnya Jakarta International Stadium di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, bahwa stadion bertaraf internasional tersebut bukanlah sekadar bangunan, melainkan juga wujud semangat kebangsaan.
“Kita harus ingat bahwa stadion baru ini bukan hanya sebuah bangunan, tetapi cermin sebuah perjuangan panjang, semangat kebangsaan, dan akan memberi manfaat bagi kita bersama,” jelas Anies saat ditemui dalam seremoni lifting atap JIS, Rabu (16/6/2021).
Sebagai informasi, JIS berdiri di atas lahan seluas 221.000 meter persegi dan mampu menampung 82.000 penonton. Stadion ini diproyeksikan dapat menjadi mendorong Indonesia untuk siap menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2023.
Selain sebagai fasilitas olahraga bagi warga Jakarta, JIS juga diproyeksikan menjadi salah satu arena pendukung gelaran Piala Dunia U-20 pada 2023.
Tidak hanya sebagai lapangan bola, JIS pun terus berkembang menjadi sebuah fasilitas yang dapat menampung aspirasi dan kreativitas masyarakat di Jakarta.
Penulis | : | Nana Triana |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR