Siapa sangka penjelajahan dapat bermula dari pekarangan rumah kita? Kegiatan eksplorasi itu berada sedekat beranda, tempat kita mendapatkan hal-hal yang tak terduga sebelumnya.
Hal ini sejalan dengan pemaparan oleh Mochamad Saleh dari Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Adi M.Barnas serta Ferry Kurniawan dari Teh Kotak Thanks to Nature pada awal Februari lalu di Bandung, Jawa Barat. Melalui diskusi yang menarik, mereka menceritakan bahwa kegiatan mencintai alam pun dapat dilakukan oleh siapa saja yang tinggal di lingkungan perkotaan.
Menanam dapat menjadi pilihan, sekalipun hanya memiliki pekarangan yang tak seberapa luas. “Urban farming dapat menjadi solusi atas keterbatasan lahan dan lingkungan. Cara bertaninya dengan menggunakan konsep pertanian organik,” kata Saleh, bersemangat.
Kegiatan ini pun dapat memanfaatkan sampah dan limbah rumah tangga dan sekaligus mampu menekan pengeluaran keluarga. Dari situlah kita akan memaknai dan berterima kasih kepada alam melalui eksplorasi yang bermula dari menanam di kebun sendiri.
Kita memang seringkali lupa untuk berterima kasih kepada alam, lantaran terlalu sibuk mengurusi urusan pribadi. Padahal alam telah memberikan segala kebaikannya untuk menyokong peradaban di sekelilingnya. Adi dari Teh Kotak Thanks to Nature mengatakan, bentuk ekspresi rasa syukur karena kita sudah mendapatkan kenikmatan kenikmatan terbesar dari alam telah ada. Salah satu contohnya, melalui kegiatan Plant and Play.
Menggandeng National Geographic Indonesia, Teh Kotak Thanks to Nature mengajak siapa saja menanam di rumah sendiri. “Di dalam tas ini, kami menyediakan semuanya, mulai dari pot, alat tanam, bibit hingga pupuknya,” kata Ferry.
Sekalipun hujan terus mengguyur kota berjuluk Paris van Java, peserta tetap antusias mengikuti diskusi. Bahkan, rekan-rekan dari Forum National Geographic Indonesia Regional Bandung melontarkan ide menarik untuk melakukan kegiatan penanaman di lahan miliknya yang tidak terpakai. Luasnya, sekitar satu setengah hektare.
Wah, tantangan yang tak dapat langsung kami jawab saat itu. Yang pastinya, penjelajahan telah terbentang, sekalipun berawal dari sebuah pekarangan.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR