Ketegangan antara Korea Utara dan Selatan -dua saudara yang tak berhenti berseteru- semakin meninggi pada Maret 2013. Keduanya mengancam menggunakan kekuatan senjata untuk menguasai satu sama lain.
Jika benar akhirnya perang kembali meletus di antara kedua negara ini, kehidupan manusia, flora, dan fauna di dalamnya dalam mara bahaya. Namun, jika perdamaian-lah yang tercipta, nasib alam liar Korea juga tidak lepas dari ancaman kepunahan.
Kondisi terbaik bagi flora dan fauna Korea justru saat tensi meninggi di antara Korut dan Korsel. Demikian disampaikan George Archibald, ornitolog dan salah satu pendiri The International Crane Foundation, Senin (18/3).
Alam liar yang dimaksud Archibald berada di Zona Dimiliterisasi Korea (DMZ) yang memiliki luas 1.035 kilometer persegi. DMZ merupakan wilayah tak bertuan sebagai perbatasan dua Korea, di mana masing-masing jalur masuk dan keluarnya dijaga ketat oleh militer Korut dan Korsel.
Lokasi ini menopang beberapa spesies unik seperti tikus tanah korea, musang siberia, babi hutan, kijang, rusa air, dan luak eurasia. "Perang akan membawa dampak mematikan. Perdamaian juga akan memberi tantangan pada alam liar di region ini," kata Archibald yang menambahkan daratan di DMZ bernilai emas.
Bahkan ada dua spesies burung, red-crowned crane dan black-faced spoonbill, yang bergantung pada DMZ. Di mana sepertiga dari populasi red-crowned crane menjadikan DMZ sebagai rumah di musim dingin.
Jika kedua Korea bersatu, lahan basah DMZ akan jadi wilayah ideal untuk pabrik baru. Di dalamnya, akan menggabungkan teknologi dari Selatan dan buruh murah dari Utara.
Dikatakan Ke Chung Kim, pendiri dari Forum DMZ, sulit untuk mendeteksi berapa jumlah spesies yang akan terdampak jika muncul perang atau perdamaian dua Korea. Sebab, tidak ada program konservasi yang spesifik untuk hewan-hewan tersebut.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR