Bunga edelweis biasanya mekar pada April hingga Agustus. Pada bulan-bulan tersebut pengunjung bisa menikmati keindahannya secara nyata. Terlebih pada 17 Agustus, saat jumlah pendaki Gunung Merbabu mencapai puncaknya, selain momen pergantian tahun.
Keberadaan padang Edelweis bukanlah tanpa ancaman. Lantaran identik dengan keabadian dan kesetiaan cinta, tumbuhan ini menjadi incaran pengunjung Gunung Merbabu, yang sebagian besar kaum muda. Para pendaki itu kerap memetik Edelweis untuk dipersembahkan kepada seseorang yang dianggap spesial.
Tak jarang, sebagian memetiknya untuk kenang-kenangan: sang pendaki pernah menaklukkan Gunung Merbabu. Karena untuk mendapatkanya perlu perjuangan keras, Edelweis juga simbol pengorbanan.
Ancaman lain yang juga perlu diperhatikan adalah kebakaran hutan. Seperti yang terjadi belum lama ini, api melahap Gunung Merbabu pada September dan Oktober 2012. Kebakaran seluas 630 hektare itu menghanguskan sebagian padanga Edelweis.
Untuk menghindari Edelweis dari kepunahan, Taman Nasional Gunung Merbabu melakukan berbagai upaya. Salah satunya, membuat tata tertib bagi pendaki. Dalam tata tertib itu disebutkan pendaki dilarang mengambil Edelweis di kawasan konservasi ini.
Upaya lainnya: sosialisasi peraturan perundangan ke khalayak tentang tumbuhan yang dilindungi. Sosialisasi juga sering dilakukan petugas secara langsung kepada calon pendaki saat pengajukan Simaksi (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi). Untuk menghindari terjadinya bahaya kebakaran, disampaikan pula himbauan untuk selalu memastikan tidak meninggalkan bara api yang dapat memicu kebakaran.
Saat Tahun Baru dan 17 Agustus, jumlah pendaki di Taman Nasional Gunung Merbabu akan meningkat tajam. Mengantisipasi hal itu, Balai Taman Nasional Gunung Merbabu menggelar pengamanan jalur pendakian secara rutin.
Salah satu tujuannya, mengantisipasi pelanggaran seperti pengambilan Edelweis. Upaya menjaga kelestarian sang bunga abadi tak pernah terhenti. Dengan kesadaran bersama, niscaya keindahannya bisa selamanya dinikmati oleh anak cucu.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR