Upaya konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia telah banyak dilakukan, namun tidak dapat dipungkiri masih banyak titik-titik lemah yang dijumpai, seperti sumber daya (manusia, dana dan waktu).
Kendala itu menjadikan upaya pengelolaan keanekaragaman hayati di Indonesia tidak mudah, untuk itulah diperlukan prioritas bagi upaya konservasi keanekaragaman hayati.
Prioritas tersebut sangat penting artinya bagi Indonesia yang memiliki luas wilayah dengan keanekaragaman hayati yang sangat kaya.
Bila daerah-daerah prioritas tersebut telah berhasil diidentifikasi, maka sumberdaya yang sangat terbatas untuk aksi konservasi tersebut dapat dipusatkan pada daerah-daerah prioritas saja.
Banyak cara untuk mengidentifikasi daerah-daerah prioritas bagi konservasi, salah satunya dengan menggunakan burung. Mengapa burung, dan bukan satwa lainnya yang menjadi kunci identifikasi?
Dan apakah suatu daerah atau kawasan yang memiliki beragam jenis burung sudah dapat dikatakan daerah itu penting bagi konservasi?
Burung mudah dilihat dan mampu memberikan kontribusinya pada proses identifikasi daerah-daerah penting (prioritas) bagi konservasi keanekaragaman hayati karena memiliki sifat-sifat yang lebih secara komparatif dibandingkan dengan kelompok satwa lainnya.
Mengapa demikian? Pertama, burung hidup tersebar di seluruh bagian dunia, mulai dari daerah kutub utara/selatan hingga tropika di garis equator dan menempati berbagai tipe habitat dan berbagai ketinggian. Mulai dari pulau karang hingga ke puncak gunung.
Kedua, penelitian mengenai burung sudah ada sejak lama, sehingga data penyebarannya relatif telah cukup diketahui dan terdokumentasi dengan baik dan taksonominya terdapat di museum, sehingga memudahkan kita untuk mengetahuinya.
Ketiga, relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan.
Sampai saat ini tidak ada kelompok hidupan liar lainnya yang memiliki ketiga hal tersebut di atas. Satwa lainnya memang telah banyak yang dikenal, namun tidak menempati seluruh bagian muka bumi dan tidak berada dalam beberapa tipe habitat.
Contoh, kupu-kupu atau kumbang memang memiliki penyebaran yang sangat luas, mirip dengan burung, tetapi kurang memadai untuk dijadikan kunci/indikator. Hal ini karena pengetahuan kita terhadap taksonomi dan penyebarannya relatif masih kurang, seperti lebih banyak buku panduan pengenalan jenis burung daripada buku panduan mengenai kupu-kupu atau serangga.
Yang perlu disadari bersama, di sini sebenarnya burung hanya sebagai kunci. Kata kunci di sini memiliki makna yang luas, artinya beragamnya jenis burung pada suatu kawasan, dapat dikatakan kawasan atau daerah tersebut memiliki habitat yang masih baik. Tidak hanya burung saja tetapi menyangkut satwa lainnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR