Penggemar sepak bola pasti mengagumi cara menggiring bola Lionel Messi. Bola begitu lengket di kaki bintang Barcelona asal Argentina ini. Dengan tubuh mungil, Messi sering meliuk-liuk melewati lawan sembari membawa bola.
Salah satu momen fenomenal yang memperlihatkan kelihaian Messi dalam menggiring bola terjadi pada 18 April 2007. Saat itu, dalam pertandingan melawan Getafe di ajang Copa del Rey, Messi mencetak gol setelah berlari sejauh 62 meter dan melewati enam pemain.
Akan tetapi, bukan hanya superstar seperti Messi yang menguasai teknik menggiring bola seperti itu. Kebanyakan, para pemain asal Argentina lain juga sanggup memeragakannya. Itu bisa terjadi karena teknik dribbling mendapat tempat spesial di sepak bola Argentina. Bahkan, dribble dinilai sebagai ekspresi nasionalisme.
Sepak bola Argentina mempunyai ciri khas bermain yang mereka sebut La Nuestra. Perwujudannya adalah teknik dribble yang cepat dan penuh kejutan. Gaya ini menekankan kepada kebebasan pemain untuk berekspresi dan keindahan permainan.
La Nuestra tidak muncul begitu saja. Jejaknya bisa ditelusuri sejak tahun 1900-an. Inilah respons publik Argentina terhadap gaya permainan ala Britania Raya yang menekankan kepada passing, kolektivitas, dan kekuatan fisik.
Pemicu penentangan tersebut adalah persaingan antara pendatang dan orang lokal.
Sama seperti di belahan dunia lain, di Argentina, sepak bola diperkenalkan oleh para imigran asal Inggris. Mereka memainkannya di sana hingga melahirkan sejumlah klub seperti Buenos Aires Football Club pada 1867. Namun, para imigran asal Inggris berlaku eksklusif. Mereka membentuk liga khusus dengan mengesampingkan warga lokal. Bahkan, mereka sering melarang pribumi bermain bersama.
Akan tetapi, daya tarik sepak bola sulit dibendung. Penduduk lokal yang miskin tetap memainkannya, hingga akhirnya sepak bola menjadi olahraga publik. Ini mendorong warga Argentina mulai membentuk tim sendiri. Saat itulah, bibit La Nuestra tumbuh. Enggan meniru para imigran Inggris, warga Argentina ingin melahirkan ciri permainan sendiri yang kontras dengan gaya bermain ala Britania Raya.
KERAGUAN PUBLIK
Meski begitu, superioritas tim Inggris masih tak tergoyahkan. Pada 1906, Tottenham Hotspur dan Everton hadir ke Argentina untuk melakukan laga persahabatan. Dalam semua pertandingan, klub-klub Argentina terkapar. Lima tahun sebelumnya, Exeter City yang lebih dulu datang. Mereka juga menang.
Beragam hasil pahit itu sempat memicu keraguan terhadap La Nuestra. Media mulai menyarankan agar Argentina mau mengikuti cara bermain Inggris. Namun, benih persaingan kelas sosial menghambatnya. Warga Argentina yang didominasi kelas bawah sulit menerima teknik dari para imigran kelas menengah atas. Begitu pula sebaliknya. Ini terus membuat Argentina kukuh mempertahankan La Nuestra.
Keteguhan itu akhirnya berbuah manis. Pada 1913, dominasi Inggris di sepak bola Argentina tumbang. Saat itu, Racing Club of Buenos Aires menjadi juara liga dengan menyertakan semua pemain lokal. Sejak momen itu, warga Inggris kelas menengah dan atas mulai meninggalkan sepak bola. Mereka berpaling untuk menekuni olahraga lain seperti rugby, polo, dan tenis lapangan.
Sebaliknya, Argentina makin yakin dengan La Nuestra. Bahkan, menurut Eduardo Archetti, seorang antropolog dari Universitas Oslo, publik Argentina kini sudah memandang sepak bola sebagai identitas nasional.
“Pada awalnya, sepak bola di Argentina diorganisasi oleh orang Inggris. Pemenangnya juga orang Inggris. Lalu, banyak klub yang memakai nama Inggris. Sampai 1910, tim nasional dijejali pemain dengan nama-nama kelas menengah Inggris. Tapi, sekarang, orang Argentina tidak lagi merasa memainkan olahraga Inggris. Dia bermain permainan Argentina,” kata Archetti.
Tak aneh, ketika Messi cs menggiring bola publik Argentina akan menyorakinya. Mereka tahu benar bahwa inilah La Nuestra, identitas bangsanya di atas lapangan hijau.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR