Berbagai medan dilampaui demi mengikuti kondisi geografis Cina, mulai dari gletser, padang pasir, badai hingga lingkungan basah. Semua demi memahami kondisi kompleks yang dihadapi Cina di awal abad 21. Berikut lanjutan mitos mengenai kondisi lingkungan Cina yang terekam:
3. Dataran tinggi Tibet sebagai penyangga perubahan iklim
Dianggap sebagai penyangga perubahan iklim, faktanya, "Kutub Utara, Kutub Selatan, dan Dataran Tinggi Tibet mengalami dampak yang lebih cepat daripada di tempat lain," kata Marc Foggin, Direktur Eksekutif Plateau Perspectives, sebuah organisasi internasional yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat lokal dan melindungi lingkungan alam melalui proyek-proyek berbasis masyarakat.
Peningkatan ditunjukaan suhu yang melebihi batas dari waktu ke waktu dan ini dua kali lipat dibandingkan kenaikan rata-rata suhu global secara keseluruhan. Gletser di bagian barat Cina, Dataran Tinggi Tibet, telah mengalami kemunduran lebih cepat sejak awal abad ke-20 pada 1980-an.
"Padang rumput di dataran tinggi Tibet dan lahan gambut di dalamnya awalnya berfungsi efektif sebagai spons. Namun ketika lahan yang terdegradasi, tak bisa lagi menyimpan air dari lelehan musim semi maka menyebabkan banjir," jelas Foggin.
4. Energi terbarukan tidak memiliki konsekuensi negatif
Data dari International Rivers, saat ini Cina memiliki 25.800 bendungan besar, melebihi negara manapun di dunia. Namun faktanya bendungan ini justru mengundang kontroversi. Dampak lingkungan menjadi lahan basah terdokumentasi dengan baik termasuk atas kekhawatiran migrasi ikan, tanah longsor yang disebabkan oleh erosi, dan akumulasi limbah industri hasil waduk. Bahkan, ribuan orang telah dipindahkan secara paksa untuk membuat jalan menuju waduk.
5. Isu masalah lingkungan Cina merupakan masalah mereka sendiri
Jelas masalah lingkungan yang dihadapi Cina tidak dirasakan oleh Cina sendiri, negara tetangga pun merasakan dampaknya. Badai pasir menjadi salah satu masalah utama sebagai akibat dari penggurunan di Cina. Dalam beberapa tahun terakhir, ini badai pasir juga terbawa ke Korea Selatan, Jepang, bahkan sejauh pantai barat Amerika Serikat.
Data dari International Rivers mengungkap konstruksi bendungan di Cina dan saluran navigasi sepanjang hulu Sungai Mekong mengancam ekosistem yang kompleks. Yang mengkhawtirkan adalah proyek di hulu Sungai Mekong akan mengubah siklus banjir dan kekeringan alami sungai serta memblokir transportasi sedimen, mempengaruhi ekosistem, dan mata pencaharian jutaan orang yang tinggal di hilir Burma, Thailand, Laos, Kamboja, dan Vietnam.
Dampak ke tingkat air dan perikanan telah dirasakan di sepanjang perbatasan Thailand-Laos. Baca Mitos Lingkungan di Cina sebelumnya di sini.
Penulis | : | |
Editor | : | Andri Donnal Putera |
KOMENTAR