Keempat artefak yang hilang dari Museum Nasional, Jakarta, merupakan benda peripih, yaitu benda-benda kecil yang pada masa lalu disimpan di suatu wadah batu. Wadah batu itu kemudian dipendam di dasar candi atau disimpan di ruangan kecil di bawah atap candi.
Benda yang disimpan di dalam peripih biasanya manik-manik atau lempengan emas bertuliskan mantra-mantra atau penggambaran dewa-dewa. Artefak arkeologi dari Indonesia sangat laku di pasar internasional. Harga batok kepala manusia Homo erectus Sangiran misalnya, di balai lelang internasional, dipasang dengan harga sekitar Rp6 miliar.
Hal ini memicu perburuan terhadap benda-benda arkeologi. Bukan hanya terjadi di situs-situs, melainkan juga di museum. "Kami akan segera memberikan informasi tentang benda-benda yang hilang itu ke balai-balai lelang di luar negeri," kata Kacung Marijan, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamis (12/9).
Museum Nasional sudah beberapa kali kebobolan pencuri. Kasus terakhir tahun 1995, ketika sejumlah koleksi keramik dan lukisan museum tersebut hilang. Koleksi keramik tidak pernah kembali, sedangkan koleksi lukisan ditemukan saat akan dilelang ke luar negeri.
Pencurian yang teranyar terjadi pada Rabu (11/9) dan dilaporkan pada Kamis (12/9). Keempat benda yang hilang antara lain lempeng naga mendekam berinskipsi, lempeng bulan sabit beraksara, wadah bertutup (cepuk), dan lempeng Harihara.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR