Mirjam yang merupakan salah satu peneliti studi ini menjelaskan bahwa studi mereka berkontribusi pada bidang interdisipliner biolinguistik yang berarti berfokus pada fondasi biologis bahasa manusia untuk mempelajari evolusinya.
“Meneliti pembelajaran vokal pada kelelawar pada akhirnya memberikan kita bagian lain dari teka-teki untuk lebih memahami asal-usul evolusi bahasa manusia. Temuan ini tidak mungkin terjadi tanpa pemahaman yang mendalam mengenai sejarah sosial dan alam dari kelelawar untuk data jangka panjang,” ujar Mirjam Knörnschild kepada Sci News.
Kelelawar bersayap kantung besar atau greater sac-winged bat yang memiliki nama ilmiah Saccopteryx bilineata masuk dalam ordo Chiroptera dan famili Emballonuridae. Hewan ini berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Mereka sering terlihat di hutan hujan karena sering bertengger di pohon besar.
Kelelawar bersayap kantung besar merupakan pemakan serangga, untuk melacak musuhnya mereka menggunakan kemampuan ekolokasi. Sebagai informasi, ekolokasi atau disebut juga biosonar adalah sonar biologi yang digunakan oleh beberapa hewan, mereka mampu mengeluarkan bunyi dan mendengarkan pantulan bunyi dari objek-objek yang ada di sekitarnya.
Baca Juga: Penampakan Temuan Fosil Kelelawar Vampir Berusia 100.000 Tahun
Sustainability: Kerap jadi Limbah, Kulit Buah Kakao Ternyata Bisa Hasilkan Antioksidan
Source | : | Nature,Science,Sci News |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR