Alexander merupakan anak Raja Phillip II, Raja Macedonia, lahir di Pella, Macedonia (sekarang menjadi suatu daerah di Yunani). Ia adalah anak dari buah pernikahan sang raja dengan istri bernama Olympia.
Sebagai pangeran, ia mendapat pendidikan bermutu tinggi, termasuk seni berperang dari Phillip II. Ia diperkenalkan dengan barisan phalanx, barisan infanteri dengan persenjataan tombak panjang (sarissas). Phillip membangun barisan pasukan ini untuk menghadapi pasukan Yunani dan Persia.
Alexander juga mendapat pendidikan filsafat dari Aristoteles, seorang filsuf kondang, hingga usianya 14 tahun. Pada saat itu, Phillip dan Olympia kebingungan karena Alexander mempunyai kecenderungan menjadi pelajar kutu buku. Orientasinya juga mengarah pada homoseksual karena kedekatannya dengan Hephahestion, teman sejak kecil yang juga murid Aristoteles.
Melihat perkembangan mencemaskan ini, Phillip mengeluarkan Alexander dari sekolah. Ia lalu mulai memperkenalkan anaknya pada kehidupan nyata di luar sekolah. Alexander diajak dalam perjalanan-perjanaanan panjang untuk memadamkan pemberontakan dan menaklukan daerah lain.
Bahkan Alexander juga diberi kepercayaan menjadi komandan Companion Cavalary (pasukan kaveleri khusus untuk melindungi Phillip). Namun, hubungan ini menjadi renggang ketika Phillip menyerbu Yunani. Olympia, sebagai istri dan keturunan Yunani, tidak setuju.
Akibatnya, Olympia dan Alexander diasingkan. Phillip bahkan kemudian kawin lagi dengan putri dari Persia ketika ia coba menginvasi negara tersebut. Namun, usahanya tersebut gagal total.
Alexander kecewa terhadap ayahnya. Sesaat setelah mengunjungi oracle di Delphi, kekecewaannya menemukan pelampiasan. Alexander yang terobsesi dengan kehebatan dewa-dewa dalam kepercayaan Hellenisme yang dianutnya, menasbihkan diri sebagai setengah dewa.
Ia selalu mengaku sebagai Hercules. Ibunya, Olympia, tidak dibuahi oleh Phillip II, namun oleh Zeus, sang Dewa tertinggi. Sebagai manusia setengah dewa, ia mengenakan helm dewa Athena yang diambil dari kuil Athena dan perisai dewa Mars yang diambil dari kuil Mars.
Pertempuran demi pertempuran yang dilakoninya akhirnya membawa Alexander ke Mesir, di mana ia tidak mendapat perlawanan. Bahkan ia ditasbihkan sebagai anak dari Amun-Ra, dewa tertinggi bangsa Mesir waktu itu, dengan gelar Setep-En-Re. Gelar ini semakin membuatnya percaya bahwa ia benar-benar setengah dewa.
Kisah berikutnya kejayaan Alexander bisa Anda simak di Majalah Angkasa edisi khusus The Great Commander of The Battle Fields.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR