Nationalgeographic.co.id - Jika melihat seekor gajah makan dan minum, mungkin sepertinya itu proses yang sederhana. Mamalia darat terbesar di dunia itu menggunakan belalai panjangnya untuk mengambil makanan, sekira 400 pon atau 180 kg setiap harinya dan memindahkan ke mulutnya.
Gajah juga menggunakan belalainya seperti sedotan untuk menyedot air. Di lain waktu, gajah menggunakan belalainya untuk mengambil benda-benda kecil seperti sehelai daun. Sebuah studi baru oleh para peneliti di Georgia Institute of Technology menemukan bahwa belalai gajah ternyata cukup keren, tetapi juga rumit.
Penelitian tersebut adalah salah satu dari sedikit informasi ilmiah baru tentang anatomi gajah yang diterbitkan dalam lebih dari 100 tahun terakhir. Dan penelitian tersebut menunjukkan bahwa gajah menggunakan beberapa teknik untuk memindahkan sesuatu.
Penelitian tersebut berusaha untuk lebih memahami fisika tentang bagaimana gajah menggunakan belalainya untuk bergerak dan memanipulasi udara, air, makanan, dan objek lainnya. Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan di Journal of the Royal Society Interface.
Baca Juga: Kenapa Gajah Mempunyai Gading? Apa Saja Fungsi Gading Gajah?
“Gajah dapat menggerakkan belalainya dengan empat cara berbeda. Mereka bisa melilitkannya, memelintirnya, meregangkannya, dan memperpendeknya. Cara yang bagus untuk menggambarkannya adalah dengan mengatakan bahwa belalai mereka adalah hidrostat berotot. Contoh lain dari hidrostat otot adalah lidah dan tentakel gurita," kata Andrew Schulz, peneliti utama studi tersebut kepada Georgia Tech College of Enginering News.
Schulz mengatakan, ketika gajah mengambil makanan, gajah menggunakan keempat gerakan itu. Gajah juga dapat menyapu benda, gajah juga dapat menggunakan ujung belalainya yang seperti bibir untuk memetik benda-benda kecil dengan lembut. Dan gajah dapat juga menggunakan belalainya sebagai penghisap seperti penyedot debu untuk mengambil makanan dengan berbagai ukuran.
“Mereka bisa mengambil tortilla tanpa pernah memecahkannya, (cukup) gila bagi saya,” kata Schulz.
Para peneliti juga menemukan gajah melebarkan lubang hidung mereka untuk menciptakan lebih banyak ruang di belalai mereka, memungkinkan mereka untuk menyimpan hingga 5,5 liter air. "Saat gajah minum, mereka tidak menggunakan sedotan seperti jerami. Sebaliknya mereka memperluas bagian dalam belalai mereka untuk menyimpan hingga 2,4 galon air sebelum mereka mengkonsumsinya. Dan gajah mungkin memiliki lebih banyak trik di belalainya," katanya.
Baca Juga: Dapatkah Gajah Bertahan Hidup Tanpa Belalai? Berikut Penjelasannya
Gajah juga dapat menyedot tiga liter air per detik dengan kecepatan 30 kali lebih cepat dari bersin manusia, sekira 150 meter per detik atau 330 mph. Para peneliti berusaha mempelajari apakah mekanika tersebut dapat mengilhami penciptaan robot yang lebih efisien yang menggunakan gerakan udara untuk menahan dan memindahkan sesuatu seperti pada belalai gajah.
Untuk mempelajari anatomi belalai, Schulz menghabiskan banyak waktu bekerja dengan seekor gajah bernama Kelly di Zoo Atlanta di Georgia. Dia memilihnya daripada dua gajah lain di sana karena "dia memiliki kepribadian yang luar biasa," kata Schulz.
"Dia suka mengeksplorasi belalainya, dan dia sangat menyukai sesuatu yang disebut 'pengayaan.' Itu berarti kita bisa menemukan cara menarik baginya untuk menemukan dan mendapatkan makanannya," Schulz menambahkan.
Baca Juga: Mamalia yang Dikurung di Kebun Binatang dan Akuarium Alami Kerusakan Otak
Menurut Schulz, mempelajari bagaimana Kelly menggunakan belalainya adalah pekerjaan yang menarik dan penting. "Terutama karena tidak ada peneliti lain yang menemukan mekanisme belalai seperti itu, kata Schulz.
Alasan lainnya, kata Schulz, pentingnya mempelajari mekanika belalai adalah dapat membantu insinyur memahami cara membuat robot yang lebih berguna. Terutama untuk jenis 'robot lunak' yang tidak memiliki persendian dan dapat digunakan untuk melakukan hal-hal seperti membantu dokter melakukan operasi.
Dan dengan beberapa populasi gajah di Asia dan Afrika yang menurun tajam, Schulz melihat alasan penting lainnya untuk mempelajari belalai gajah untuk membantu melestarikannya. “Kami menggunakan sains untuk membuat orang terinspirasi untuk belajar lebih banyak tentang gajah. Dan semakin banyak hewan dipelajari, semakin besar kemungkinan (mereka) untuk dilestarikan,” kata Schulz.
Source | : | Journal of The Royal Society Interface,Georgia Tech College of Enginering News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR