Adolf Hitler dan Nazi boleh berkuasa penuh atas Jerman. Namun, di balik itu semua ternyata ada satu orang yang dikenal pandai mengakomodir keduanya hingga bisa menjadi suatu kesatuan yang mahadahsyat. Ialah Martin Bormann, "manajer" sang Fuhrer.
Ia menyiapkan pidato, mengatur pertemuan, menyederhanakan administrasi, bahkan terlibat langsung dengan prosesi pernikahan, pembuatan surat wasiat, dan bunuh diri yang dilakukan sang majikan. (Baca: Asal Usul Lambang Swastika di Bendera Nazi).
Semua itu tak akan diserahkan kepadanya kalau saja Bormann bukan orang kepercayaan Hitler. Jabatan resminya adalah sekretaris pribadi, yang mana pengaruhnya seolah-olah bertindak sebagai manajer Kanselir Jerman.
Bormann dilahirkan pada 17 Juni 1900 di Wegeleben, dekat Halberstadt, Jerman, ayahnya seroang sersan mayor yang kemudian beralih menjadi seorang pegawai kantor pos. Karena situasi sulit, Bormann remaja terpaksa drop out sekolah dan harus bekerja di sebuah pertanian dai Mecklenburg.
Tahun 1924, bersama Rudolf Hoss, ia terpaksa mendekam selama setahun di penjara karena terlibat pembunuhan brutal atas Walter Kadow, seorang yang diduga pengkhianat negara. Selepas penjara, ia bergabung dengan NSDAP di kota Thuiringia. Di sini karirnya bersinar hingga dipercaya sebagai manajer bisnis pada 1928. Kedudukan itulah yang membuatnya dekat dengan Hitler.
Dalam perjalanan menjadi tangan kanan Hitler, Bormann yang pandai berbisnis menggalang kampanya bertajuk The Adolf Hitler Endowmnet Fund of German Industry yang berhasil mengeruk dana dalam jumlah besar. Dalam suatu pertemuan, Hitler berkata,"Untuk memenangkan pertempuran ini aku memerlukan Bormann!".
Ia pun diangkat sebagai sekretaris pribadi. Lengkaplah sudah karir Bormann sebagai tangan kanan Hitler. Pengaruhnya sangat sangat besar hingga sejarawan juga menyakini bahwa Bormann berada di balik peristiwa holocaust terhadap kaum Yahudi. (Lihat: Anne Frank, Narasi Pilu Gadis Korban Holocaust).
Sepanjang hidupnya, Bormann yang berperangai kasar memang dikenal anti-Semit, rasial, dan menentang gereja. Namun, ia juga dikenal licin bermuslihat.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR