Pemerintah Provinsi Bengkulu, Balai Pelestari Nilai Budaya Padang, tokoh adat, dan budayawan mengusulkan tiga warisan budaya daerah itu yakni tulisan kuno ka ga nga, serat kayu lantung, dan tabut masuk dalam warisan dunia di bawah Unesco.
Usulan tiga warisan budaya Bengkulu itu dideklarasikan dalam Diseminasi hasil pencatatan Budaya Tak Benda (WTB) di Kota Bengkulu, Rabu (23/10/2013).
Aksara Ulu (Ka Ga Nga) terdiri dari 27 buah (19 huruf tunggal dan 8 huruf pasangan atau huruf ngibang) dan 13 tanda baca. Menulis dari arah kiri ke kanan, dari sudut bawah kiri ke sudut kanan atas, kecuali huruf memakai garis tegak lurus permulaan atau penutupan.
Garis tegak berukuran setengah dari tinggi huruf. Huruf ini digunakan oleh suku Rejang, Serawai, Pasemah yang tersebar di Provinsi Bengkulu, hingga kini ratusan naskah kuno banyak tersimpan dan belum diterjemahkan dengan alasan masih sedikitnya para ahli huruf kuno itu untuk menterjemahkannya.
Sementara itu, salah seorang anggota tim dosen Universitas Bengkulu (Unib) yang juga pakar aksara ulu, Sarwit Sarwono telah berhasil mendigitalisasikan huruf itu guna mempermudah upaya konservasi dan pembelajaran naskah ulu.
“Hasil konkret penelitian kami adalah kita bisa mengetik aksara ulu dalam keyboard komputer. Aksara ulu dari berbagai daerah seperti Pasemah, Rejang, Serawai, Kerinci, dan Lampung sudah bisa masuk dalam daftar jenis huruf atau font dalam komputer,” kata Sarwit.
Sementara itu, lantung merupakan kulit kayu yang dikelola sedemikian rupa sehingga menghasilkan kain, penggunaan kulit lantung ini lahir sejak zaman penjajahan Jepang, hingga kini kegiatan penggunaan kulit lantung baik untuk cinderamata masih tetap berlangsung di Bengkulu.
Sementara, tabut merupakan ritual budaya yang dibawa oleh datangnya penyebar ajaran Islam ke Bengkulu dari Punjab (Pakistan dan iran), ritual tabut merupakan kegiatan untuk mengenang pengorbanan cucu Rasulullah SAW Hosen bin Ali bin Abi Talib di Padang Karbela.
Tradisi ini dikenang setiap tanggal 1 Muharam hingga 10 Muharam di Provinsi Bengkulu dan selalu dijadikan even budaya tahunan.
Sementara itu, Kepala Pengembangan Produk dan Pelayanan Wisata, Dinas Pariwisata, Provinsi Bengkulu Suparhim menjelaskan dengan diusulkan tiga warisan budaya Bengkulu ini diharapkan mampu meningkatkan khasanah budaya dan angka kunjungan wisata ke Bengkulu.
"Semua langkah-langkah dan syarat untuk usulan tiga warisan daerah itu menjadi warisan dunia ke UNESCO akan cepat kita penuhi," kata Suparhim.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR