"Ini dunia yang sudah terobsesi dengan kecantikan, sehingga banyak dan lebih banyak orang siap untuk menerima rasa sakit asal tujuan mempertahankan atau meningkatkan penampilan mereka tercapai," tulis jurnalis The Observer, Jamie Doward.
Pendapat Doward tersebut merujuk pada kabar kalau sebuah perawatan model baru ditawarkan di pusat-pusat pelayanan kecantikan seperti spa dan lain-lain. Sekujur tubuh dimasukkan ke dalam bak penuh belut sepanjang pensil, yang mengelupaskan lapisan kulit Anda.
Ide gila mandi belut untuk meremajakan kulit segera menuai kecaman berbagai pihak. Ditinjau dari segi risiko, mandi belut semacam ini amat memiliki risiko. Dua tahun lalu di Cina, Zhang Nan, seorang pria 56 tahun dari Provinsi Hubei, pernah mengalami insiden ketika mandi belut.
Nan menceritakannya secara singkat, "Saya masuk ke dalam bak mandi dan bisa merasakan belut menggigiti tubuh saya. Namun tak lama kemudian saya merasa sakit sekali dan menyadari seekor belut kecil telah sampai di ujung kemaluan saya."
Belut, yang mungkin tidak benar-benar memahami deskripsi pekerjaan mereka, tidak dapat diatur, kadang-kadang bisa "nyasar" ke area-area yang semestinya tidak perlu pengelupasan.
Baru-baru ini pengawasan kesehatan Inggris memberi peringatan untuk perawatan tersebut, karena dianggap membahayakan. "Ada bahaya dengan prosedurnya, terutama bagi mereka yang mengenakan pakaian renang longgar," kata Wendy Nixon, inspektur kesehatan dan keselamatan. Nixon pun menilai, cara perawatan dengan mandi belut ekstrem.
Juru bicara dari Chartered Institute for Environmental Health (CIEH), badan yang merepresentasi pengawas kesehatan di Inggris, menjelaskan bahwa penting untuk perawatan kecantikan jenis apa pun yang tergolong baru, diawasi oleh pakar kesehatan profesional juga disertai penilaian risiko.
"Demi mempertimbangkan apa tepatnya dampak terhadap masyarakat, atau hewan, yang terlibat. Tanpa penilaian risiko, tidaklah mungkin untuk memberi informasi, guidance, dan saran resmi yang dapat membantu para pakar itu."
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR