Namanya memang kipasan kebun, julukan yang mengidentikkannya sebagai burung yang gemar bermain di perkebunan. Namun, kenyataannya adalah ia malah sering terlihat di perkotaan.
Bagi kita yang tinggal di Pulau Jawa, mendengar dan melihat cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) atau kerabatnya adalah hal biasa. Akan tetapi, jangan harap hal serupa terjadi di Ternate, Tidore, Halmahera dan sekitarnya. Burung raja permukiman di sini adalah kipasan kebun (Rhipidura leucophrys).
Sosoknya mudah ditandai. Seluruh tubuhnya berwarna hitam kecuali bagian perut yang putih. Kadangkala, tampak alis putih memanjang di atas matanya. Di Maluku dan Maluku Utara, sebutannya adalah Baikole yang dalam bahasa lokal mengandung arti “pantat bergoyang”.
Sebagaimana burung kipasan lain, kipasan kebun memiliki kebiasaan mengibarkan ekornya laksana kipas para pesilat mandarin, sembari menggoyang-goyangkannya. Jenis ini tersebar luas di Maluku dan Maluku Utara, Papua, hingga Australia. Di Maluku dan Maluku Utara, kipasan kebun lah yang mengisi relung yang biasa digunakan oleh cucak kutilang di Jawa, yaitu mulai daerah permukiman sampai kebun-kebun pinggiran hutan.
Di Ternate, kipasan kebun ini begitu mudah dilihat di wilayah kota. Mereka tidak begitu terpengaruh dengan kehadiran manusia. Dan sebagai pemakan serangga, mereka akan blusukan ke lorong-lorong perumahan, bahkan hingga ke tempat pembuangan sampah guna mencari mangsanya itu.
Hal unik lainnya terlihat pada sarangnya. Mereka terbiasa bersarang di cabang-cabang kecil pohon mangga dan rambutan di pekarangan rumah. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang membuat sarang di kabel listrik sepanjang jalan, hal yang tidak dilakukan oleh cucak kutilang. Sarangnya seperti mangkuk, berdiameter 8-10 centimeter. Meski terbuat dari rerumputan, namun terjalin sangat rapat, rapi, dan kokoh. Kala berbiak, jumlah telurnya sekitar dua butir.
Hal yang sedikit mengkhawatirkan adalah mulai datangnya tamu tak diundang di perkotaan, seperti di Ternate ini. Dia adalah cucak kutilang yang mungkin merupakan burung piaraan yang lepas. Sebagai jenis introduksi, cucak kutilang memiliki relung ekologi yang sangat mirip dengan kipasan kebun. Bisa jadi, suatu saat jika tidak dikendalikan, cerita sukses cucak kutilang menguasai perkotaan Jawa, akan berlanjut menggusur kipasan kebun, sebagai tuan rumah, di Maluku dan Maluku Utara.
Semoga tidak. Semuanya tetap lestari di tempatnya masing-masing.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR