Indri Masruroh, seorang guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Desa Plancungan, Ponorogo, Jawa Timur sering mengajak anak didiknya keluar mencari daun dan ranting yang jatuh, serta barang-barang bekas lain.
Berjalan keluar bersama siswa-siswi TK ini membuahkan hasil, berupa berbagai huruf, pohon hitung, puzzle, dan alat peraga edukatif lain untuk membantu proses belajar mengajar di TK, tempatnya mengajar. Semua ini ia lakukan karena satu alasan.
Dan berikut penuturannya:
Saya membuat berbagai alat peraga edukatif antara lain berupa angka, huruf, boneka untuk membantu proses belajar di taman kanak-kanak di Plancungan, Ponorogo ini. Dengan alat-alat ini, anak-anak menjadi lebih mudah belajar, mulai dari menghitung dan juga menghafal berbagai huruf.Alat-alat peraga ini saya buat dari daun kering, biji-bijian, jonggol jagung, kardus bekas, ampas kepala, botol plastik bekas dan barang-barang bekas lain. Dalam proses pembuatannya, kami juga melibatkan anak-anak. Sambil belajar di alam, kami mengumpulkan daun kering.
Saya juga banyak dibantu oleh teman-teman guru lain dan juga wali murid serta masyarakat di desa ini. Masyarakat juga sangat mendorong kegiatan ini, mereka ikut mengumpulkan kardus-kardus bekas, juga ampas kelapa. Intinya memang semua alat ini kami buat tanpa memerlukan dana khusus.
Pada awalnya, alat peraga ini, memang saya buat karena TK tidak memiliki dana untuk membeli alat peraga edukatif. Kebetulan hobi saya juga melukis dan membuat berbagai kerajinan tangan seperti boneka dari barang bekas.
Saya juga pernah mengikuti berbagai lomba, mulai dari tingkat kecamatan, provinsi dan kemudian pada tingkat nasional.
Semakin lama, gagasan untuk membuat berbagai alat ini semakin banyak. Berbagai gagasan ini, tidak hanya saya dapat melalui pertemuan wali murid, namun juga pertemuan para guru TK satu kecamatan dan juga dalam pertemuan karang taruna.
Yang jelas, apa yang kami lakukan ini bisa saling mendorong kreativitas. Saya sendiri ingin terus mengembangkan karya saya bersama dengan rekan-rekan lain.
Sejauh ini, alat peraga yang saya buat ini, bisa menjadi solusi buat TK yang memiliki masalah kekurangan dana. Saya yakin di Indonesia, khususnya di daerah pinggiran, banyak TK yang punya potensi alam yang bagus.
Mengapa tidak, potensi ini digunakan dan diaplikasikan untuk alat peraga edukatif. Tanpa perlu menelan dana, dan manfaatnya sangat besar.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR