Titanoboa berarti 'titanic boa' dan merupakan nama yang tepat untuk ular prasejarah ini. Titanoboa jelas merupakan raksasa dibandingkan dengan Anaconda, ular terbesar yang kita miliki saat ini.
Penemuan fosil Titanoboa dilakukan di Cerrejón, sebuah tambang batu bara di bagian utara Kolombia selama dekade pertama abad ke-21. Berawal pada 1994, ketika ahli geologi Kolombia, Henry Garcia menemukan fosil asing yang diberi label sebagai 'Cabang Membatu'. Kemudian dia menempatkan fosil tersebut di etalase perusahaan batu bara.
Pada 2003, sebuah ekspedisi pencarian fosil-fosil tumbuhan diadakan di Cerrejón. Salah satu peneliti yang bergabung dalam ekspedisi tersebut bernama Scott Wing. Dia adalah seorang kurator fosil tumbuhan di Smithsonian’s National Museum of Natural History.
Baca Juga: Ular Ber-radioaktif Bantu Ilmuwan Melacak Dampak Bencana Fukushima
Wing menyadari bahwa fosil temuan Garcia bukanlah berasal dari tumbuhan. Dia lalu mengirim fotonya ke ahli lainnya yang bernama Jonathan Bloch, seorang ahli paleontologi di University of Florida. Bloch mengidentifikasi bahwa fosil tersebut merupakan bagian dari tulang rahang milik hewan darat.
Hal ini adalah berita yang menggembirakan karena fosil vertebrata darat dari zaman Paleosen, belum pernah ditemukan di bagian Amerika Selatan. Para ahli meyakini bahwa situs tersebut menyimpan lebih banyak fosil hewan semacam ini. Dan beruntungnya, hal ini terbukti benar.
Pada 2007, para ahli mengidentifikasi tulang belakang milik Titanoboa. Setelah penemuan ini, mereka melakukan sebuah ekspedisi baru, dengan harapan, menemukan lebih banyak tulang belakang hewan raksasa ini.
Baca Juga: Studi Terbaru Membuktikan Ular Derik Mampu Hasilkan Ilusi Pendengaran
Source | : | ancient-origins.net,Smithsonian |
Penulis | : | Fadhil Ramadhan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR