Daratan Indonesia memiliki banyak cekungan yang mengumpulkan air tawar. Kita menyebutnya danau, telaga, situ, sano dan lainnya. Kumpulan air tenang ini mengembuskan ketenangan dan ketenteraman. Suasana yang kerap dimanfaatkan sebagai tujuan wisata, termasuk wisata boga.
Bersantap di tepinya, atau “melayang” di bangunan panggung di tengah danau, secara sugesti meningkatkan selera santap. Bahkan ada yang terlilhami menciptakan danau sebagai nuansa santap.
Talaga Sampireun bermakna tempat singgah di tepi danau, dalam bahasa Sunda. Alih-alih memilih danau alami yang banyak terdapat di seputar Tangerang Selatan, Banten, sang pemilik restoran yang mulai buka pada Januari 2011 ini memilih menyulap sebagian lahan 1,2 hektare ini menjadi danau buatan sedalam 50 centimeter, seluas 5.000 meter persegi beralas plastik yang diisi air ledeng dan air RO (reverse osmosis, penyulingan air laut) yang dijaga kebersihannya dengan sistem pemutaran air. Suasana alami terbangun dengan tebaran 16 saung AC, 16 saung ganda terbuka dan 12 saung tunggal terbuka yang mejorok ke “danau” dan taman asri seputar setapak penghubung, dan tanaman rambat seputar saung. Bila tak mengorek info, sulit mengira bahwa danau yang oleh tamu bisa diseluncuri perahu itu merupakan danau buatan.
Sambil santai lesehan, tersaji pilihan menu ala Sunda. Tak kurang dari 18 menu olahan ikan air tawar dan hidangan laut. Kami cicipi Gurame Bumbu Mangga – mangga diserut berbaur bawang bombay, bercita rasa asam segar. Tampilan Patin Bakar Bambu dan Udang Kipas Bakar Daun Talaga Sampireun mendukung kelezatannya. Kepiting Soka Terasi renyah bak camilan.
Saya nikmati Sop Iga Garang Asam dengan irisan tomat hijau segar plus cabai rawit, serta Tumis Genjer dan Kecipir. Sembari menunggu hidangan utama tersaji, jajanan Sagu Rangi, Tape Goreng Keju, dan Bandrek menemani kehangatan obrolan dengan kerlap-kerlip lampu di tepi danau jelang malam.
Toya de Vasya Lake Side Resto & Bar di Bali persis menghadap Gunung Batur (1717 meter) dan Danau Batur dengan tebaran keramba ikan. Di gazebo dengan meja dan kursi, saya nikmati hidangan dan minuman yang diolah dari bahan yang berasal dari danau dan kebun sekitar dataran tinggi Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ini.
Saya nikmati Kintamani Mix Grill in the Basket tersaji di kuali keramik berupa ayam dan gurame bakar bumbu kuning sunah cekuh (bawang putih, kencur), salad kacang panjang dan bawang bombay cincang, sambal matah dan sambal ulek plus kerupuk. Camilan banana pancake dan pisang goreng menemani regukan juice jeruk manis, jeruk keprok, jeruk bali (jerungke) dari petani Kintamani, dan andalan: kopi Bali Kintamani.
Sebelum makan siang, kita bisa nikmati berendam di kolam dan pancuran dari air panas alami dalam lingkungan restoran yang menyatu dengan camping resort ini. Semua yang saya nikmati — bentang danau, kehangatan alami tirta, dan olahan hidangan dari Bumi setempat mempertegas karunia Ilahi pada panca indra kita.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR