Budi daya laut saat ini menjadi usaha yang punya prospek cerah dan peluang sangat besar. Luas indikatif potensi lahan pengembangan budi daya laut nasional sebesar 8,36 juta ha sampai dengan tahun 2011 baru dimanfaatkan untuk usaha mariculture sekitar 169.292 ha (3,69 persen).
Selain rumput laut, berbagai jenis ikan konsumsi nilai jual tinggi dapat dikembangkan. Di antaranya ikan kerapu, bawal bintang, kakap putih dan kakap merah merupakan komoditas ekspor yang banyak diminati pasar luar negeri.
Demikian ditegaskan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, pada acara Konsolidasi Nasional budi daya Payau dan Laut Tahun 2013 di Surabaya, Senin (25/11).
Sharif menjelaskan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya menggenjot produksi perikanan budi daya melalui optimalisasi pemanfaatan potensi. Selain pengembangan usaha budi daya udang pada kawasan pertambakan, juga mendorong percepatan pengembangan kawasan budi daya laut (mariculture).
Prospek pengembangan budi daya laut khususnya pada area off shore mempunyai peluang besar bagi masa depan perikanan budi daya berbasis pola pengembangan kawasan.
"Indonesia saat ini berada pada peringkat kedua sebagai negara produsen perikanan budi daya terbesar di dunia setelah China. Indonesia dengan tingkat produksi sebesar 7,94 juta ton pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 9,76 juta ton pada tahun 2012, mampu mengungguli produksi ikan Thailand, Vietnam, dan India," tandas Sharif, "Potensi ini dapat menjadikan Indonesia mampu berperan sebagai salah satu produsen perikanan budi daya di dunia."
Ungguli sapi
Dijelaskan, berdasarkan data Organisasi Pangan Dunia FAO, sejak tahun 2011 untuk pertama kalinya produksi perikanan budi daya dunia melampaui produksi daging sapi.
Bahkan pada 2012, produksi perikanan budi daya dunia sudah mencapai sebesar 66 juta ton sedangkan produksi daging sapi hanya mencapai sebesar 63 juta ton. Hal ini membuktikan bahwa pengembangan perikanan budi daya secara global, termasuk Indonesia, makin dapat diandalkan untuk jadi salah satu pilar ketahanan pangan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR