Bekerja keras untuk mencapai target memang perlu dilakukan, tetapi bukan berarti hal itu sampai menyita waktu istirahat kita. Bekerja dan istirahat perlu dilakukan dengan seimbang demi menunjang kesehatan yang selalu prima.
Sayangnya, sering kali orang tidak sadar sedang mengorbankan kesehatannya sendiri demi pekerjaan. Misalnya dengan bekerja hingga larut malam, bahkan tidak tidur berhari-hari demi menyelesaikan pekerjaan sebelum deadline. Padahal hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan, bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Seperti yang baru-baru ini terjadi pada seorang copywriter di salah satu perusahaan iklan, Mita Diran. Perempuan muda itu meninggal dunia pada Minggu (15/12) malam, setelah bekerja tak kenal waktu. Menjelang kematiannya, diketahui Mita bekerja tiga hari tanpa tidur.
"30 hours of working and still going strooong," tulis Mita di akun jejaring sosial Twitter miliknya, @mitdoq.
Dikabarkan juga, selama lembur Mita mengonsumsi minuman penambah energi yang berkafein tinggi. Minuman tersebut memang dapat memberikan stimulan bagi tubuh, tetapi sifatnya hanya sementara dan sebenarnya tidak menghilangkan lelah.
Berita kematian Mita sejak semalam dan hari ini ramai dibicarakan di Twitter dan Path. Ibu dari Mita, Yani Syahrial, sempat menulis, Hi everyone, since last night and until now my daughter who is a copywriter in Y&R in coma in RSPP. Chances not very good. She collapsed after continuous working overtime for 3 days last night. Working over the limit.
Tulisan dari sang ibu itu kemudian dibagikan oleh pengguna Path, Shalini, yang juga berpesan untuk menyadari batasan tubuh sendiri. "Don't push yourself too hard," tulisnya.
Kematian Mita menuai banyak simpati di Twitter, seperti akun @dimasprakosooo yang menulis, "Kerja tanpa mengenal istirahat adalah bom waktu bagi kesehatan kita sendiri. - #RIPMita".
"Saya tidak mengenal Mita, tetapi kepergian dia di usia muda dan produktif menggores hati saya. Bahagia di sana ya Mita #RIPMita," tulis akun @pasarsapi.
Selamat jalan, Mita. Semoga semakin banyak lagi orang yang mulai sadar akan pentingnya keseimbangan dalam hidup.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR