Seringkali orang mengatakan, makan di pinggir jalan sama saja seperti makan di restoran cepat saji. Tetapi tidak demikian halnya bagi Jane dan Michael Stern, penulis buku 500 Things To Eat Before It’s Too Late. Berikut ini cara mendapatkan makanan enak di perjalanan:
KONTEKS MAKANAN LEZAT: Cari tahu makanan apa yang disantap oleh masyarakat lokal akan semakin mendekatkan Anda dengan budaya lokal. Rasa unik setiap makanan yang pernah Anda santap akan melekat dalam ingatan sampai kapan pun. Tidak peduli apakah makanan itu diolah oleh juru masak terkenal atau bukan. Meski makanan itu hanya gorengan, barbeque, dipanggang dengan cara tradisional, yang penting membangkitkan selera makan.
COBALAH CITA RASA LOKAL: Cari tahu keistimewaan suatu daerah sebelum Anda mengunjunginya, jadi Anda tahu di mana saja bisa menemukan tempat makan yang jempolan.
CARI JALAN ALTERNATIF: Jika tujuan Anda sekadar melakukan perjalanan dari poin A menuju poin B dalam tempo sesingkat mungkin, maka Anda hanya akan memenukan tempat makan di rest area yang tidak terlalu istimewa. Cobalah cari jalan alternatif melewati kota kecil, karena di situlah jalan yang lebih baik untuk mencari makanan enak.
BERTANYALAH DENGAN BENAR: Pertanyaan paling buruk yang dilontarkan pada masyarakat lokal adalah, “Di mana restoran terbaik?’” karena mereka selalu akan menunjukkan Anda tempat makan yang paling mahal. Lebih baik lontarkan pertanyaan, “Di mana biasanya tempat Anda makan di sekitar sini?” Anda juga bisa lebih spesifik dengan bertanya di mana versi terbaik dari makanan khas lokal.
IKUTI INDRA PENCIUMAN ANDA: Ketika Anda mengunjungi kota yang tidak familiar, bukalah kaca mobil Anda, dan hiruplah aroma yang membuai indra penciuman. Aroma barbeque, roti gulung, sosis, atau donat akan menuntun Anda. Bagi umat muslim, akan lebih baik jika makanan itu berlisensi halal agar Anda tenang saat menyantapnya.
(Artikel ini sudah dimuat di NGT Vol. 03, No. 11)
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Fatimah Kartini Bohang |
KOMENTAR