Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah buat gebrakan terhadap destinasi-destinasi wisata di Pulau Sulawesi. Salah satunya, dalam waktu dekat ini, Kemenparekraf bakal menggelar Festival Internasional Toraja atau Toraja International Festival (TIF) 2013.
Kepala Subdit Promosi Wilayah Kalimantan dan Sulawesi Kemenparekraf, Trindiana Tikupasang mengatakan festival tingkat dunia itu akan diisi oleh ratusan peserta dari dalam dan luar negeri. Ada pun sasaran target pengunjung di acara itu sekitar 3.000 orang.
"Kita ingin Toraja menjadi destinasi wisata pilihan di pulau Sulawesi dan ingin para peserta dan pengunjung mengekspos alam dan seni budaya Toraja ke luar negeri, apalagi grup musik yang diundang ada dari Afrika, Eropa, Kanada, bahkan Asia Tengah," kata Trindiana.
Namun, yang lebih penting, ia ingin acara itu memancing para peserta TIF dan pengunjung sebagai alat promosi pariwisata di Toraja ke negara mereka, untuk mempromosikan alam dan seni budaya Toraja.
Para peserta TIF 2013 dan pengunjung diharapkan bisa jadi bagian alat promosi pariwisata di Toraja, agar mendorong wisatawan mancanegara (wisman) ke Sulawesi, terutama Toraja.
"Ini memungkinkan karena event ini berskala internasional. Kami harap wisata mancanegara meningkat ke Toraja, dan bisa mengejar target kunjungan wisman nasional hingga akhir 2013 yakni 8,6 juta," ujar Trindiana.
Direktur TIF 2013 Franky Raden mengatakan festival yang didukung Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kemenparekraf itu akan berlangsung pada 28-30 Desember dan dipusatkan di Toraja, Sulawesi Selatan, dengan dua lokasi. Kedua lokasi itu yakni Makale di Tana Toraja dan Rantepao di Toraja Utara.
"Kita akan tampilkan seluruh kebudayaan Toraja, mulai dari zaman batu atau megalitikum (tanah leluhur) Toraja hingga kini," ungkap Franky Raden, di Jakarta, Rabu (18/12).
Ia mengatakan ada berbagai kegiatan pada pagelaran TIF itu antara lain seminar internasional yang membahas culture tourism serta menghadirkan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Krearif Sapta Nirwandar, workshop tenunan dan memahat, workshop fotografi, dan lain-lainnya.
Namun, yang amat penting terdapat dua acara utama yakni sesi pembukaan di suatu desa bernama, Desa Ketekesu, Makale. Desa itu merupakan salah satu desa tertua di Tana Toraja yang berusia sekitar 900 tahun.
Pasalnya, di Desa Ketekesu, terdapat bangunan berarsitektur kuno serta perkampungan tradisional yang erat kaitannya dengan zaman megalitikum (zaman batu).
Kemudian, yang kedua ialah penutupan TIF yang digelar dalam kemah yang bertemakan world music camp, pada Bukit Getengan, Rantepao. Daerah ini merupakan sebuah wilayah perkemahan raksasa yang akan disulap menjadi arena festival World Music terbesar di dunia.
Di sana para pemusik dan penonton bakal tinggal bersama dan bergabung membentuk sebuah masyarakat komunal baru guna melakukan suatu kegiatan budaya yang harmonis. Toraja World Music Camp and Festival berlangsung dua hari mulai 29-30 Desember.
Terakhir, penutupan TIF menampilkan 300-an perempuan yang melantunkan nyanyian mantra dan diiringi dengan grup Indonesia National Orchestra. Orkestra ini merupakan paduan alat-alat tradisional dari Sabang sampai Merauke.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR