Kyoto disebut pula sebagai Prefektur (setingkat provinsi) 2000 Kuil. Harta budaya itu selalu terjaga. Salah satu di antaranya adalah Kuil Kiyomizu di Higashiyama-ku, kawasan lereng bukit sebelah timur Kyoto, Jepang. Kuil yang kini berusia sekitar 14 abad itu, selain sarat sensasi juga berdaya tarik tinggi sehingga selalu padat dikunjungi wisatawan dari berbagai pelosok dunia.
Di bagian teras kuil bertengger sekitar bibir tebing terjal berkedalamam sekitar 50 meter. Area teras kayu itu secara khusus memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk menikmati kemegahan kota Kyoto.
Kuil yang menjadi warisan budaya dunia oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), daya tariknya terasa sejak dari tempat parkir bus. Jaringan yang dilalui hanya bagi pejalan kaki dan selalu dipadati pengunjung. Sepanjang tepi jalan dipadati pertokoan suvenir, toko makanan ringan, dan restoran.
Menurut Kondo, pemandu wisata, Kuil Kiyomizu adalah rumah ibadah Buddha sekte Hosso, satu dari empat sekte Buddha di Jepang. Kuil itu berdiri tahun 789 dan baru dipugar 844 tahun kemudian. Keberadaannya konon menginspirasi bentuk bangunan kuil-kuil susulan di Kyoto, bahkan di Jepang.
Bangunan kuil, termasuk teras, dirakit tanpa sepotong paku atau besi pengikat lainnya. Khusus bagian teras ditopang 139 tiang balok kayu, masing masing setinggi lebih kurang 25 meter.
Di dalam kompleks ada pasangan ”batu cinta”. Keberadaan batu itu diyakini sebagai peramal percintaan remaja. Anak remaja yang sedang jatuh cinta bisa mengujinya dengan berjalan dalam posisi mata tertutup sejauh 100 meter ke arah pasangan batu itu. Apakah pertanda baik atau sebaliknya ditentukan berhasil-tidaknya pasangan itu menggapai pasangan ”batu cinta”.
Sebenarnya kata Kiyomizu sebagai nama kuil berasal dari nama sumber air di kaki tebing kompleks kuil. Kiyomizu berarti air jernih atau murni, bahkan dianggap suci atau sakral. Hampir setiap hari selalu terjadi antrean panjang pengunjung yang akan membasuh muka atau meminum Kiyomizu.
Penulis | : | |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR