Suku Awa yang terdiri dari sekitar 450 pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal di antara 800.000 penduduk asli Brasil telah terlibat dalam pertempuran hukum yang panjang untuk mempertahankan hak tanah mereka di timur laut Brasil. Wilayah hutan itu menarik bagi penebang, peternak, dan penambang yang bersikeras bercokol di daerah tersebut meskipun keputusan pengadilan memberikannya kepada Awa.
Sekarang, departemen yang mengurusi suku asli Brasil atau yang dikenal sebagai Funai, telah mengirimkan polisi dan agen khusus untuk mengusir pembalak liar dari wilayah itu.
"Ini adalah kesempatan penting dan berpotensi menyelamatkan nyawa Awa," kata Stephen Corry, direktur dari Survival International, kelompok pembela suku yang memulai kampanye menyelamatkan Awa tahun 2012.
Pada Maret 2012, seorang hakim Brasil menerbitkan perintah menuntut penggusuran penebang dan peternak dari tanah Awa pada 31 Maret 2013. Tenggat itu, bagaimana pun, berlalu tanpa tindakan karena departemen yang mengurusi suku asli, Funai, kekurangan tenaga kerja dan koordinasi dengan lembaga lokal, demikian Survival International melaporkan.
"Awa hanya bisa menunggu dan mendengar dengung gergaji siang malam di tanah mereka, dan pemerintah belum bertindak bersama-sama lagi," tutur juru kampanye Survival International, Sarah Shenker kepada LiveScience pada saat itu.
Pada Juni 2013, polisi, militer, dan Kementerian Lingkungan agen khusus meluncurkan kampanye untuk mengenyahkan pembalak liar di dekat wilayah Awa. Tebang habis yang dilakukan para penebang ini mengancam ekosistem hutan serta pola hidup Awa sebagai pemburu dan pengumpul hasil hutan. Sekitar 100 anggota suku Awa sengaja mengasingkan diri. Itu berarti mereka menjalani gaya hidup tradisional di hutan, menghindari hubungan dengan pihak luar.
Survival International menjuluki Awa "suku paling terancam punah di dunia" karena penggundulan hutan yang disebabkan pembalakan liar telah dengan cepat mengambil alih tanah mereka. Menurut survei udara, wilayah Adat Awa —463 mil persegi (120.000 hektare), atau seukuran Los Angeles— telah kehilangan 30 persen tutupan hutan sejak 1980-an.
Ada juga laporan kekerasan yang dilakukan penebang untuk terus masuk ke wilayah yang dilindungi. Pada 2012, The Telegraph melaporkan bahwa penebang liar membakar seorang gadis delapan tahun hidup-hidup sebagai bagian kampanye teror untuk mengusir Awa dari tanah mereka. Pihak pemerintah Brasil menyebut akan menyelidiki laporan itu.
Suku terasing Awa yang berburu di malam hari untuk menghindari orang luar menghadapi risiko paling tinggi menurut Survival International. Tidak hanya gaya hidup nomaden yang bergantung pada hutan, mereka juga tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit umum yang ditularkan melalui kontak dengan pihak luar tersebut.
Penulis | : | |
Editor | : | Kahfi Dirga Cahya |
KOMENTAR