Menurut perhitungan para astronom dalam studi terbaru tersebut, alih-alih mengorbit matahari setiap 18.500 tahun sekali, planet itu mengitari matahari dalam waktu sekitar 7.400 tahun. Orbit yang lebih rapat itu membawanya lebih dekat ke matahari daripada yang diperkirakan sebelumnya, yang berarti Planet 9 mungkin tampak lebih terang bagi teleskop yang berbasis di Bumi.
"Saya pikir itu dalam satu atau dua tahun sejak ditemukan," ujar Mike Brown, seorang astronom di California Institute of Technology yang menjadi penulis studi baru tersebut, seperti dilansir National Geographic.
Dia juga menambahkan, “Saya telah membuat pernyataan itu setiap tahun selama lima tahun terakhir. Saya sangat optimis.”
Brown menganalisis dan menghitung gangguan gravitasi Planet Sembilan bersama Konstantin Batygin, rekan penelitiannya dari California Institute of Technology. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa planet itu kira-kira enam kali lebih besar dari Bumi yang kemungkinan akan menjadikannya semacam Bumi super berbatu atau Neptunus mini bergas.
Baca Juga: Planet Sembilan Diduga Sebagai Penyebab Kemiringan Tata Surya
Akan tetapi, selama bertahun-tahun ini para ilmuwan yang skeptis telah menyarankan bahwa tanda-tanda gravitasi yang mengkhianati kehadiran Planet Sembilan tidak lebih dari artefak-artefak pengamatan. Menurut mereka, pengelompokan orbit-orbit milik objek-objek yang jauh itu tidak mencerminkan pengaruh dari planet yang tidak terlihat tersebut, tapi hanya merupakan hasil dari bias alami dalam survei langit.
“Sebagian besar objek ini ditemukan dengan teleskop besar yang memiliki waktu terbatas untuk survei tata surya bagian luar, dan mereka melihat di tempat yang dapat mereka lihat, yang tergantung di mana mereka berada,” kata Renu Malhotra dari University of Arizona, yang agnostik tentang keberadaan planet tersebut dan sedang mengerjakan perkiraannya sendiri tentang posisinya.
Para astronom sejauh ini hanya menemukan segelintir objek yang jauh ini. Tanpa sensus yang lebih lengkap dari tata surya luar, sulit untuk mengatakan apakah objek-objek kecil es ini benar-benar berperilaku aneh atau didistribusikan secara acak.
Baca Juga: Astronom Menemukan Asteroid dengan Revolusi Tercepat di Tata Surya
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR