Kekayaan alam Borneo menjadikannya sebagai habitat ragam jenis hewan amfibi. Pada 2012, seorang ilmuwan dari Universiti Sarawak Malaysia, Indraneil Das, menemukan spesies baru katak Borneo. Sebelumnya, Das menemukan kodok berkaki kurus dan kodok pelangi Borneo yang hampir tak ditemukan selama 90 tahun.
Kini diidentifikasi lagi spesies katak baru, yang dinamai Leptobrachium kantonishikawai sp. nov. dalam populasi katak dari Bario, Dataran Tinggi Kelabit, Serawak, Borneo.
Menurut hasil penelitian dari peneliti Amir Hamidy dari Pusat Riset Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Masafumi Matsui dari Kyoto University, katak itu punya karakteristik berbeda dari empat spesies Leptobrachium endemik yang dikenal dari Borneo.
Wilayah Borneo yang merupakan salah satu pusat biodiversitas dunia ini mencakup wilayah Indonesia, Brunei, dan Malaysia. Borneo selama ini dikenal memiliki dua spesies katak dataran rendah L. kanowitense dan L. abbotti, spesies daerah bergunung L. montanum, dan spesies dataran tinggi L. gunungense.
Survei morfologi yang kami lakukan pada populasi ini membuktikan bahwa katak ini punya karakteristik berbeda dari anggota keluarga dalam genus Leptobrachium. “Karena itu kami mendeskripsikan populasi Bario sebagai spesies baru,” kata Amir.
“Nama spesifik didedikasikan untuk Dr. Kanto Nishikawa dari Kyoto University, ahli herpetologi aktif di kawasan Asia yang mendukung peneliti mengumpulkan tipe-tipe katak,” jelasnya.
Spesies baru itu dibedakan dari L. montanum, L. abbotti dan L. gunungense oleh perut berwarna coklat keabuan, biasanya bergaris, atau kadang bertitik atau berbercak putih dan beberapa karakteristik morphometric unik.
Leptobrachium berukuran sedang dengan panjang tubuh katak jantan dewasa 43–54 milimeter, serta katak betina 47–61 milimeter dengan sklera atau selaput mata putih dan kelenjar femoralis besar.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR