Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah menyebutkan, sampah gabus atau styrofoam yang dibuang ke laut merupakan salah satu penyebab utama kematian tukik (bayi penyu) di daerah itu.
"Tindakan terbesar merusak kehidupan penyu adalah perdagangan telur penyu yang dilakukan oleh manusia serta membuang sampah gabus putih atau styrofoam yang jika termakan oleh penyu (tukik) akan menyebabkan kematian," kata Junaidi dalam kata sambutannya pada acara pelepasan tukik yang termasuk dalam agenda Hari Pers Nasional (HPN), Senin (3/2/2014).
Dalam acara tersebut, sebanyak 60 tukik di lepas ke laut yang merupakan simbol bagi kegiatan pelestarian penyu di Bengkulu. Dalam kegiatan tersebut hadir pula Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Sony Partono mewakili Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan.
Sebelumnya, puluhan pejabat negara dan daerah itu melakukan aksi penanaman pohon di lokasi sport center, Pantai Panjang, Bengkulu.
Sementara itu, petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu menyebutkan, secara nasional lembaga itu melepas tidak kurang dari 20 ribu bayi penyu ke laut, yang berasal dari penangkaran di beberapa wilayah di Indonesia.
Sepanjang 2013, BKSDA Provinsi Bengkulu telah melepas tidak kurang dari 3.792 ekor tukik ke laut yang berasal dari peteluran instansi tersebut di Kabupaten Mukomuko.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR