Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta pemandu wisata memperhitungkan perubahan cuaca ketika memberikan pelayanan jasa menyelam kepada wisatawan, pascatenggelamnya tujuh wanita asal Jepang di perairan Nusa Lembongan, Klungkung.
"Wilayah itu memang indah, tetapi juga ada bahayanya. Oleh karena itu pemandu wisata supaya betul-betul memperingatkan hal-hal seperti ini karena sudah beberapa kali terjadi," katanya di sela-sela Kampanye Peringatan Rokok Bergambar, di Denpasar, Minggu (16/2).
Gubernur Bali melihat pada berbagai jasa penyelaman di sana maupun saat kejadian hilangnya wisatawan dan pemandu tersebut akibat terseret arus saat menyelam di utara perairan laut Nusa Lembongan, Jumat (14/2) itu operasionalnya sudah standar. Demikian juga rata-rata jasa penyedia wisata bahari di perairan tenggara Pulau Bali itu sudah berizin.
"Tetapi memang kadang-kadang arus di sana sangat deras sehingga syaratnya harus lebih berhati-hati. Perubahan cuaca yang sedemikian rupa harus diperhitungkan," ucapnya.
Hingga saat ini Pastika mengakui belum ada komunikasi dengan pihak Konsulat Jepang terkait hilangnya warga Negeri Sakura itu. Namun, yang jelas berbagai pihak sedang mengoptimalkan usaha pencarian.
Sementara itu, Tim Pencarian dan Penyelamatan (SAR) Denpasar dibantu aparat gabungan kembali melanjutkan pencarian hari kedua terhadap tujuh wisatawan Jepang dengan menyisir perairan laut Nusa Lembongan dan sekitarnya.
"Tim kami kembali memulai pencarian dengan menyisir perairan Nusa Lembongan dan sekitarnya," kata Kepala Seksi Operasi SAR Denpasar, Wayan Suyatna.
Saat ini puluhan petugas pencari dan penyelamat itu bersiaga dengan menggunakan dua kapal. Satu unit helikopter telah dikerahkan untuk memantau tujuh wisatawan yang semuanya berjenis kelamin perempuan itu dari udara.
Pada pencarian hari pertama Sabtu (15/2) petugas tidak menemukan tujuh wisatawan, termasuk pemandu wisata dari Negeri Sakura itu. Nihilnya hasil pencarian juga dihambat oleh kuatnya arus laut di perairan Nusa Lembongan.
Tujuh orang wisatawan tersebut di antaranya Niata (59), Yamamoto (33), Tomita Nahomi (28), Muri Sono Aya (27), Yosidome Atsumi (29), Takahasioko (35), dan pemandu wisata yang juga dari Jepang Hurukawa Sahori (37).
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR