Beberapa tahun yang lalu, Richard Bevins dari Museum Nasional Wales dan rekan kerjanya menemukan, bahwa setidaknya beberapa bluestones berasal dari daerah dengan bentang alam yang sedikit berbeda, di ketinggian yang lebih rendah, yang disebut Craig Rhos y felin.
Jika benar, ini akan berarti para pembangun harus mengangkut batu ke atas puncak bukit, kemudian kembali menuruni sisi lain bukit sebelum mengambangkan mereka dengan rakit ke laut.
Teori lain berpendapat gletser membawa bluestones ke wilayah Stonehenge selama Zaman Es terakhir.
Para peneliti bertanya-tanya tentang asal-usul bluestones dolerite yang telah Thomas identifikasi, dan melakukan penelitian kedua pada susunan mineral batuan. Secara umum, ketika batuan terbentuk dari magma cair, beberapa mineral yang dikenal sebagai elemen yang tidak sebanding tetap berada di luar magma mengkristal di sisa magma.
Sedangkan yang lain bisa tertanam dalam magma yang mengkristal. Kajian masa lalu yang mengidentifikasi asal-usul batu telah hanya memanfaatkan beberapa elemen yang tidak sebanding.
Dalam kajian terbaru, tim melihat mineral, seperti kromium, nikel, magnesium oksida dan besi oksida yang merupakan bagian dari struktur kristalisasi yang terbentuk di magma asli. Para peneliti menemukan, bahwa setidaknya 55 persen dari bluestones dolerite berasal dari lokasi yang dikenal sebagai Carn Goedog, yang lebih jauh ke utara dari lokasi yang telah diusulkan Thomas pada 1923, sekitar 225 km dari Stonehenge.
Itu, pada gilirannya, membuat teori pengangkutan dengan rakit menjadi lebih mungkin.
Misteri Pengangkutan
Temuan baru lebih menimbulkan pertanyaan daripada jawaban tentang bagaimana batuan bisa membawanya ke Stonehenge. Namun penentuan lokasi yang tepat dari asal-usul batu dapat membantu para arkeolog mencari bukti lain dari karya manusia purba dekat daerah itu, yang kemudian bisa menjelaskan metode pengangkutannya.
"Sebagai contoh, jika kita bisa menentukan dengan keyakinan bahwa batu telah dikerjakan oleh manusia di zaman Neolitik, maka teori terbawa oleh pencairan di Zaman Es akan dibantah," kata Bevins.
Penemuan ini diterbitkan dalam Journal of Archaeological Science edisi Februari 2014.
Penulis | : | |
Editor | : | Kahfi Dirga Cahya |
KOMENTAR