Nationalgeographic.co.id—Tambora dalam catatan orang Eropa di Hindia Belanda, tatkala gunung yang bersemayam di Sumbawa itu bergejolak menggentarkan dunia.
“Tampak kepulan abu menyeruak dan menghitamkan satu sisi cakrawala,” ungkap John Crawfurd, seorang yang pernah mendampingi Raffles dalam penaklukan Jawa. Pada saat itu Crawfurd tengah berada dalam ekspedisi ke Makassar, melewati pantai Sumbawa pada 1814, setahun sebelum erupsi dahsyat Tambora.
Crawfurd dan kapten kapal menduga bahwa fenomena itu merupakan ancaman badai tropis. “Pada kenyataannya, itu keliru,” ungkapnya. Situasi telah terterka dan kapten kapal bersiap untuk segera berlayar. Ketika itu abu bahkan telah bertaburan pada dek kapal. “Gunung berapi Tombora sedang dalam situasi sangat aktif.”
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR