Meskipun pesawat Malaysia Airlines yang hilang sejak lima hari lalu belum ditemukan, warga Malaysia tidak menyatakan kemarahan secara terbuka.
Hal itu antara lain disebabkan selama ini pihak berwenang mengendalikan ekspresi masyarakat.
"Ekspresi yang tidak berpuas hati agak minimum karena itu dianggap sebagai menentang kerajaan (pemerintah). Perkara itu ada tetapi secara terbuka amat kurang," kata Profesor Dato' Dr. Mohammad Redzuan Othman dari Universitas Malaya.
Selain itu sebagian besar media berafiliasi dengan partai-partai yang tergabung dengan koalisi pemerintah sehingga hampir tidak ada pemberitaan yang tidak sejalan dengan arus pemerintah.
Belakangan pihak berwenang mengarahkan warga untuk melakukan doa agar pesawat MH370 yang mengangkut 239 orang termasuk, 38 warga Malaysia segera ditemukan.
"Mereka diarahkan untuk tidak membuat kemarahan tetapi diarahkan untuk berdoa. Oleh karena itu situasinya sekarang lebih kepada berdoa dan media pun lebih ke arah itu," jelas profesor yang sering melakukan penelitian tentang dinamika masyarakat itu.
Arahan berdoa tersebut tadi malam diwujudkan dalam bentuk salat hajat yang antara lain digerakkan oleh UMNO, komponen utama di koalisi Barisan Nasional.
Rasa percaya kepada pihak berwenang dalam pencarian dituturkan oleh seorang warga Malaysia, Bruno yang bekerja di ibukota Kuala Lumpur.
"Kita tidak boleh menyerah, kalau pun harus menambah sumber daya manusia untuk operasi pencarian maka semestinya ada titik terang," kata Bruno.
Namun Bruno mengaku bingung dengan pernyataan para pejabat yang belakangan bertentangan satu sama lain sehingga membingungkan dan memperkeruh suasana.
Mior, seorang warga Malaysia lainnya, mengatakan pihak berwenang bertindak seolah-olah Malaysia tidak mempunyai sumber daya dan sarana memadai.
"Buat apa panggil 1.000 lebih nelayan dengan kapal kecil dan kapal tongkang suruh cari. Buat apa? Lepas itu dia panggil bomoh (dukun). Kita negara Islam, buat malu saja. Itu syirik namanya," tutur Mior dalam wawancara telepon, Rabu (12/3).
Akan tetapi seperti yang dijelaskan oleh Dato' Dr. Mohammad Redzuan Othman tadi, luapan kemarahan publik di Malaysia sangat sedikit.
Hal ini sangat berbeda dengan kemarahan di Cina karena keluarga penumpang belum mendapat kepastian tentang nasib 153 warga negara Cina yang berada dalam pesawat dalam rute Kuala Lumpur ke Beijing yang hilang.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR